Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyebut Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) sebagai ujung tombak perberasan nasional.

"Saya merasakan cepat atau lambat Perpadi akan menjadi ujung tombak perberasan kita," katanya pada Musyawarah Nasional Perpadi 2025 di Solo, Jawa Tengah, Selasa.

Ia mengatakan Perpadi ini merupakan contoh bagaimana usaha tumbuh dari masyarakat.

Menurut dia, Indonesia adalah contoh bagaimana perberasan berkembang dan dikembangkan.

"Pada 1952 Indonesia adalah negara importir terbesar di dunia. Jumlah penduduk kita 70 juta dan kita mengimpor 700.000 ton beras. Sejak itu kita bertekad supaya Indonesia menghasilkan padi sendiri," katanya.

Ia mengatakan, pada saat itu upaya yang dilakukan di antaranya dengan mendirikan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia.

"Sejak itulah upaya untuk menghasilkan beras sendiri, menghasilkan padi sendiri dimulai. Sayangnya niat itu tidak berhasil sampai Presiden Soekarno turun dan dilanjutkan oleh Presiden Soeharto dengan mulai merencanakan rencana pembangunan nasional Indonesia atau repelita," katanya.

Selanjutnya, pada 1 April 1969 program swasembada beras dicanangkan Sutarto Alimoeso yang merupakan tokoh perberasan yang melahirkan swasembada beras.

"Hingga pada 1984 kita diakui sebagai negara penghasil beras. Dalam hal ini Perpadi adalah organisasi yang juga ikut berperan 20 tahun kemudian. Sejak swasembada ini dilanjutkan lagi oleh Presiden Prabowo Subianto, saya bersyukur swasembada beras tidak hanya datang dari pemerintah tetapi juga datang dari Perpadi," katanya.

Oleh karena itu, dikatakannya, dengan kolaborasi, inovasi, dan semangat juang yang luar biasa ia mengajak Perpadi menjadikan beras Indonesia sebagai simbol pangan berkualitas.

Baca juga: Bappenas sebut swasembada pangan butuh lahan sehat dan produktif
Baca juga: Mentan: Oplah dan cetak sawah bisa selesaikan persoalan impor beras


Pewarta: Aris Wasita
Editor: Ahmad Buchori

Pewarta: Aris Wasita

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025