Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, skrining kanker payudara akan menjadi bagian dari program skrining kesehatan untuk perempuan usia di atas 40 tahun, sehingga dia pun meminta agar kelompok berisiko tersebut tidak ragu memeriksakan kondisinya.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta Senin, Budi mengatakan bahwa kanker payudara masih menjadi pembunuh tertinggi perempuan Indonesia untuk penyakit kanker. Dia pun menekankan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara.
Baca juga: Menkes: Belum ada kenaikan iuran BPJS pada 2025
“Kanker ini kenapa banyak yang meninggal? Karena ketahuannya terlambat, setelah stadium tiga atau stadium empat. Padahal, kalau bisa deteksi dini di stadium satu atau dua, kemungkinan hidupnya atau survivability rate-nya tinggi sekali dengan teknologi yang sekarang,” katanya.
Menurutnya, kekhawatiran mengenai hasil pemeriksaan yang buruk menjadi salah satu alasan perempuan enggan melakukan pemeriksaan kanker payudara. Padahal, kata Budi, kanker sebaiknya dideteksi sejak dini karena peluang hidup akan lebih besar jika terdeteksi lebih awal dibandingkan jika terdeteksi terlambat.
“Jadi, kenapa banyak perempuan nggak mau dimamografi? Karena mereka takut menerima kenyataan kalau ada apa-apa. Padahal, saya yang bukan dokter saja tahu kalau ketahuan stadium satu lebih baik daripada ketahuannya di stadium tiga,” kata Menkes Budi.
Dia juga mengatakan, deteksi dini kanker payudara sebenarnya dapat dilakukan di fasyankes tingkat pertama seperti puskesmas dengan memanfaatkan USG.
Oleh karena itu, dia berbicara ke kolegium, agar dapat memperluas kompetensi ke dokter umum, sehingga 10 ribu USG di puskesmas bisa digunakan tak hanya untuk memeriksa ibu hamil, tapi juga untuk skrining kanker payudara.
Dalam kunjungannya ke RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara, Budi melihat kondisi berbagai alat kesehatan yang diperoleh RSUD Bahteramas melalui dana Strengthening Indonesia’s HealthCare Referral Network (SIHREN).
Baca juga: Menkes ingin puskesmas kelak layani insulin penderita diabetes
Selain itu, dia mengecek fungsi mamografi yang diberikan Kemenkes pada 2023. Dia menjelaskan, pemberian mamografi melalui mekanisme SIHREN ditujukan agar RSUD dapat melakukan deteksi dini kanker payudara.
Dalam kesempatan itu, dia juga berbincang dengan penyintas atau survivor kanker payudara, Ni Kadek Mulyati.
Keterangan yang sama, Ni Kadek Mulyati mengajak perempuan Indonesia untuk tidak ragu melakukan skrining kanker payudara sebelum terlambat.
“Untuk wanita di indonesia dan seluruh dunia, mari kita memeriksakan diri sedini mungkin untuk mengetahui apakah di tubuh kita ada penyakit yang mungkin saja tidak kita ketahui.” katanya.
Mengenai pemanfaatan mamografi di RSUD Bahteramas, dr Albertus Varera Sp Rad sebagai penerima manfaat alat mamografi dari RSUD Bahteramas, menyatakan bahwa ia telah memanfaatkan bantuan Kemenkes melalui dana SIHREN tersebut untuk berbagai kepentingan pemeriksaan kanker payudara.
Menurutnya, alat mamografi tersebut telah digunakan untuk pasien medical check up.
“Yang sudah dikerjakan mamografi enam pasien untuk pasien medical check up waktu itu dan hasilnya normal,” kata Dokter Albertus.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta Senin, Budi mengatakan bahwa kanker payudara masih menjadi pembunuh tertinggi perempuan Indonesia untuk penyakit kanker. Dia pun menekankan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara.
Baca juga: Menkes: Belum ada kenaikan iuran BPJS pada 2025
“Kanker ini kenapa banyak yang meninggal? Karena ketahuannya terlambat, setelah stadium tiga atau stadium empat. Padahal, kalau bisa deteksi dini di stadium satu atau dua, kemungkinan hidupnya atau survivability rate-nya tinggi sekali dengan teknologi yang sekarang,” katanya.
Menurutnya, kekhawatiran mengenai hasil pemeriksaan yang buruk menjadi salah satu alasan perempuan enggan melakukan pemeriksaan kanker payudara. Padahal, kata Budi, kanker sebaiknya dideteksi sejak dini karena peluang hidup akan lebih besar jika terdeteksi lebih awal dibandingkan jika terdeteksi terlambat.
“Jadi, kenapa banyak perempuan nggak mau dimamografi? Karena mereka takut menerima kenyataan kalau ada apa-apa. Padahal, saya yang bukan dokter saja tahu kalau ketahuan stadium satu lebih baik daripada ketahuannya di stadium tiga,” kata Menkes Budi.
Dia juga mengatakan, deteksi dini kanker payudara sebenarnya dapat dilakukan di fasyankes tingkat pertama seperti puskesmas dengan memanfaatkan USG.
Oleh karena itu, dia berbicara ke kolegium, agar dapat memperluas kompetensi ke dokter umum, sehingga 10 ribu USG di puskesmas bisa digunakan tak hanya untuk memeriksa ibu hamil, tapi juga untuk skrining kanker payudara.
Dalam kunjungannya ke RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara, Budi melihat kondisi berbagai alat kesehatan yang diperoleh RSUD Bahteramas melalui dana Strengthening Indonesia’s HealthCare Referral Network (SIHREN).
Baca juga: Menkes ingin puskesmas kelak layani insulin penderita diabetes
Selain itu, dia mengecek fungsi mamografi yang diberikan Kemenkes pada 2023. Dia menjelaskan, pemberian mamografi melalui mekanisme SIHREN ditujukan agar RSUD dapat melakukan deteksi dini kanker payudara.
Dalam kesempatan itu, dia juga berbincang dengan penyintas atau survivor kanker payudara, Ni Kadek Mulyati.
Keterangan yang sama, Ni Kadek Mulyati mengajak perempuan Indonesia untuk tidak ragu melakukan skrining kanker payudara sebelum terlambat.
“Untuk wanita di indonesia dan seluruh dunia, mari kita memeriksakan diri sedini mungkin untuk mengetahui apakah di tubuh kita ada penyakit yang mungkin saja tidak kita ketahui.” katanya.
Mengenai pemanfaatan mamografi di RSUD Bahteramas, dr Albertus Varera Sp Rad sebagai penerima manfaat alat mamografi dari RSUD Bahteramas, menyatakan bahwa ia telah memanfaatkan bantuan Kemenkes melalui dana SIHREN tersebut untuk berbagai kepentingan pemeriksaan kanker payudara.
Menurutnya, alat mamografi tersebut telah digunakan untuk pasien medical check up.
“Yang sudah dikerjakan mamografi enam pasien untuk pasien medical check up waktu itu dan hasilnya normal,” kata Dokter Albertus.
Baca juga: Menkes: Perkuat surveilans dan komitmen global guna perangi malaria
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024