Ustadz Haji Muhammad Nur atau Madnur mengingatkan kaum Muslim agar jika mendapat pujian jangan tersanjung dan jika mendapat hinaan jangan tersinggung.
"Jadi dipuji jangan tersanjung, dihina jangan tersinggung " tegas ustadz muda tersebut mengutip "101 Kalam Guru Zuhdi" dalam tausiyahnya di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, sesudah Shalat Subuh Senin.
Ustadz Madnur menjelaskan, bahwa mendapat pujian jangan tersanjung dan dapat hinaan jangan tersinggung tersebut berkaitan dengan tauhid puji "qadim" bagi qadim, puji qadim bagi "muhadas" serta puji muhadas bagi qadim dan puji muhadas bagi muhadas.
"Maksud puji qadim bagi qadim yaitu pujian Allah untuk Allah sendiri, pujian Allah untuk manusia, serta pujian manusia untuk Allah dan pujian manusia terhadap sesama manusia," jelas Ustadz Madnur.
Sementara Kalam.Guru Zuhdi ke-12 menjaga "garitik" atau sangka yang pengertiannya "positif thinking " (berpikir positif), lanjut ustadz muda tersebut.
Ia mengambil contoh atau tamsil/ibarat, "kada" (tidak) samua gudang garam isinya "uyah' (garam).
"Jadi misalnya tidak mesti orang yang bertato dan rambut gondrong itu penjahat atau orang yang baru keluar dari komplek pelacuran orang tersebut habis melacur," tambah Ustadz Madnur.
Sedangkan Kalam Guru Zuhdi ke-16 bahwa pemurah itu bagus dan "ingkin" atau "pamalar" (bahil) tidak bagus,. jelas Ustadz Madnur mengakhiri tausiyahnya.
Ustadz Madnur berharap, dengan mengkaji ulang 101 Kalam Guru Zuhdi yang tersusun dalam bahasa daerah Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut dapat menjadi pegangan bagi kaum Muslim terutama jamaah Masjid Al Falah tersebut dalam hidup dan kehidupan.
"101 Kalam Guru Zuhdi tersebut merupakan upaya menjaga diri agar tidak sombong atau 'takabur' (takbur)," demikian Ustadz Muhammad Nur.
Guru Zuhdi atau Tuan Guru Haji Zuhdiannor, seorang ulama kharismatik di Kalsel, terutama di "Kota Seribu Sungai" Banjarmasin kelahiran Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel 10 Februari 1972 meninggal dunia di Banjarmasin Mei 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
"Jadi dipuji jangan tersanjung, dihina jangan tersinggung " tegas ustadz muda tersebut mengutip "101 Kalam Guru Zuhdi" dalam tausiyahnya di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, sesudah Shalat Subuh Senin.
Ustadz Madnur menjelaskan, bahwa mendapat pujian jangan tersanjung dan dapat hinaan jangan tersinggung tersebut berkaitan dengan tauhid puji "qadim" bagi qadim, puji qadim bagi "muhadas" serta puji muhadas bagi qadim dan puji muhadas bagi muhadas.
"Maksud puji qadim bagi qadim yaitu pujian Allah untuk Allah sendiri, pujian Allah untuk manusia, serta pujian manusia untuk Allah dan pujian manusia terhadap sesama manusia," jelas Ustadz Madnur.
Sementara Kalam.Guru Zuhdi ke-12 menjaga "garitik" atau sangka yang pengertiannya "positif thinking " (berpikir positif), lanjut ustadz muda tersebut.
Ia mengambil contoh atau tamsil/ibarat, "kada" (tidak) samua gudang garam isinya "uyah' (garam).
"Jadi misalnya tidak mesti orang yang bertato dan rambut gondrong itu penjahat atau orang yang baru keluar dari komplek pelacuran orang tersebut habis melacur," tambah Ustadz Madnur.
Sedangkan Kalam Guru Zuhdi ke-16 bahwa pemurah itu bagus dan "ingkin" atau "pamalar" (bahil) tidak bagus,. jelas Ustadz Madnur mengakhiri tausiyahnya.
Ustadz Madnur berharap, dengan mengkaji ulang 101 Kalam Guru Zuhdi yang tersusun dalam bahasa daerah Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut dapat menjadi pegangan bagi kaum Muslim terutama jamaah Masjid Al Falah tersebut dalam hidup dan kehidupan.
"101 Kalam Guru Zuhdi tersebut merupakan upaya menjaga diri agar tidak sombong atau 'takabur' (takbur)," demikian Ustadz Muhammad Nur.
Guru Zuhdi atau Tuan Guru Haji Zuhdiannor, seorang ulama kharismatik di Kalsel, terutama di "Kota Seribu Sungai" Banjarmasin kelahiran Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel 10 Februari 1972 meninggal dunia di Banjarmasin Mei 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024