Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Pemkab Batara) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) melaksanakan kunjungan kerja ke Pemkab Hulu Sungai Tengah (HST) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) untuk studi tiru strategi kebijakan dan koordinasi mengatasi inflasi komoditas cabai.

“Kami baru saja menerima kedatangan Pemkab Batara ke HST, kami berkoordinasi terkait penanganan inflasi komoditas cabai. Karena Pemkab HST merupakan salah satu kabupaten yang mampu mengendalikan inflasi komoditas cabai,” kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten HST Budi Satrya Tanjung di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Minggu.

Baca juga: Pemkab HST terima 14.000 ton pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat

Selain mampu mengendalikan inflasi, Budi menyebutkan Kabupaten HST juga merupakan daerah pemasok cabai bagi Kabupaten Barito Utara terutama Cabai Tiyung.

“Cabai Tiyung ini komoditas lokal asli Kalsel, Kabupaten Barito Utara cukup sering memesan cabai ini dari Hulu Sungai Tengah,” ujarnya.

Budi mengatakan pihaknya menerima kunjungan kerja Pemkab Batara yang dipimpin Asisten 1 Setda Kabupaten Barito Utara yang didampingi sejumlah pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) mulai dari Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, hingga Dinas Kesehatan.

Dari hasil kunjungan kerja itu, kata dia, Pemkab Batara menilai HST merupakan salah satu kabupaten yang cukup cepat mengendalikan inflasi komoditas cabai, jika ada kenaikan sedikit, dengan cepat juga dikendalikan angka kenaikannya.

Baca juga: Pemkab HST ambil sampel darah sapi untuk diuji lab terkait dugaan LSD

Budi mengungkapkan Pemkab Batara tidak hanya ingin belajar pengendalian inflasi cabai, namun juga ingin mengetahui peluang bisnis Cabai Tiyung.

“Pemkab Batara mengunjungi langsung lahan cabai di HST, juga berkunjung ke pasar, mau melihat langsung seperti apa rantai bisnis cabai di HST,” tuturnya.

Menurut Budi, dari hasil kunjungan itu pula, Pemkab Batara tertarik ingin mengembangkan budidaya Cabai Tiyung, serta membuka peluang kerja sama seluas-luasnya.

“Cabai Tiyung ini cukup bagus karena untuk harga paling anjlok itu berkisar Rp40.000, paling tinggi berada pada harga Rp150.000, untuk harga stabil sekitar Rp80.000. Dan cabai ini busa bertahan hingga dua tahun masa panen, dan tentu rasanya pedas,” ungkap Budi.

Baca juga: Pemkab HST dan BRIN gali potensi varietas tanaman pertanian lokal

Pewarta: Tumpal Andani Aritonang

Editor : Taufik Ridwan


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024