Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Guru Besar Universitas Negeri Malang (UNM) Prof DR agr Mohamad Amin mengungkapkan, lahan basah yang diantaranya lahan gambut di daerah Kalimantan menyimpan tumbuh-tumbuhan yang berpotensi besar untuk obat.


"Sangat banyak jenis tumbuh-tumbuhan di lahan gambut di daerah Kalimantan ini yang seratnya bisa digunakan untuk pengobatan beragam penyakit, sehingga pelestariannya harus dilakukan," ujar guru besar di Pendidikan Biologi FMIPA UNM ini di Banjarmasin, Sabtu.

Prof DR Mohamad Amin menjadi narasumber pada kegiatan seminar nasional bersama dua guru besar lainnya, yakni, mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Prof DR Gusti Muhammad Hatta dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin dan Prof DR Hadi S Alikodra dari Universitas Institut Pertanian Bogor.

Seminar tersebut bertemakan bertemakan "potensi, peluang dan tantangan pengelolaan lahan basah secara berkelanjutan, yang berlangsung di aula Hotel Area Barito Banjarmasin.

Dikatakan Mohamad Amin, saat ini lahan gambut di daerah Kalimantan terus menyempit dengan berkembangnya pemanfaatannya baik segi perkebunan kelapa sawit, penambangan dan pemukiman penduduk.

"Otomatis dengan terjamahnya itu, kehidupan dan tumbuh-tumbuhan di lahan gambut rusak, sebab pengelolaan yang tidak baik akan memunahkannya," terang dia.

Padahal, ungkapnya, ada tumbuh-tumbuhan dan hewan di lahan gambut itu yang tidak bisa hidup di lahan lain, sebenarnya mereka memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, misalnya tumbuh-tumbuhan yang menyimpan potensi obat mujarab bagi penyakit.

"Salah satunya para mahasiswa saya yang baru-baru ini melakukan penelitian terhadap salah satu tumbuhan lahan gambut jenis tumbuhan paku-pakuan di Kalimantan ini, ada yang potensinya sebagai anti bakteri bagi penyakit diare, ini baru sejenis, banyak lagi sebenarnya," papar Mohamad Amin.

Sehingga sayang, kata dia, kalau potensi-potensi tumbuhan yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat di sini akan punah begitu saja dengan tidak baiknya pengelolaan lahan basah yang cukup luas di daerah ini, utamanya di Kalimantan Selatan, Tengah dan Barat.

Diungkapkan dia, Indonesia merupakan pemilik lahan basah terbesar ketiga di dunia, setelah Brazil dan Kolombia, karena negara ini merupakan daerah tropis, hujan tropis dan maritim yang memiliki lahan basar sekitar 30 juta hektare.

Ditambahkan Prof DR Gusti Muhammad Hatta, bahwa manfaat adanya lahan basah di negara ini selain bisa dimanfaatkan potensi alam dan kehidupannya bagi prekonomian masyarakat, juga bisa menjadi penahan terjadinya bencana alam seperti banjir bahkan sekelas tsunami.

"Banyak lah, bahkan racun-racun yang turun dari daratan itu bisa terbaiki di lahan basah ini," paparnya.

Sehingga, tegasnya, kepentingan manusia dengan adanya lahan basah ini sangat besar, oleh karenanya harus dijaga kelestariannya, dan ini tugas pemerintah pula untuk terus menindaklanjuti bagaimana keberlanjutannya bisa dipertahankan.

Rektor ULM Banjarmasin Prof DR Sutarto Hadi mengtakana, pihaknya pun di universitas terbesar di Kalsel ini terus melakukan konsen untuk melakukan penelitian pada potensi lahan basah di daerah ini, bahkan berani mengeluarkan dana puluhan miliar bagi akademisinya.

"Jadi andalam penelitian di universitas kita ini adalah di lahan basah, dan sudah ratusan makalah di ciptakan akademisi kami, diharap ini bermanfaat bagi daerah untuk pembangunan dan pengelolaannya, sebab ini penting dilestarikan," ucapnya.

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016