Amuntai (Antaranews Kalsel) - Peternak itik di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, mewaspadai penyebaran flu burung yang kini relatif banyak menyerang peternak ayam kampung di Kota Banjaramsin, antara lain, dengan melakukan penyemprotan disinfektan kandang.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) drh. I Komang Agus di Amuntai, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya dalam mencegah penularan penyakit flu burung telah meminta para peternak melakukan pembersihan dan melakukan penyemprotan disinfektan di kandang.
"Kami telah menerima informasi adanya kasus flu burung di Kotamadya Banjarmasin yang menyerang jenis ayam putih," katanya.
Seharusnya mengantisipasi masuknya flu burung tersebut, menurut dia, ternak harus diberi vaksin. Namun, biayanya menjadi sangat mahal sehingga cukup dengan pembersihan rutin dan penyemprotan disinvektan.
Jika terjadi kasus flu burung, kata Komang, penyemprotan disinfektan bisa dilakukan sebanyak dua kali dalam 1 minggu. Kalau tidak ada kasus, hanya dilakukan satu kali penyemprotan seminggunya.
Ia mengatakan bahwa kasus flu burung sewaktu-waktu bisa terjadi di Kabupaten HSU, atau sangat tergantung daya tahan ternak dan kondisi cuaca.
Meski Kabupaten HSU sudah ditetapkan Kementerian Pertanian sebagai sumber itik alabio, menurut dia, belum ada perlakukan khusus terkait dengan pemberian vaksin.
"Setiap 3 bulan petugas dari Balai Veterner Banjarbaru melakukan pengambilan sampel sebagai bentuk pengawasan dari terjadinya kasus penyakit flu burung dan penyakit lainnya," terang Komang.
Pemberian vaksin Al Apluvet sebagaimana dilakukan di Desa Sungai Simpai Kabupaten Tanah Laut, dalam rangka pembibitan itik unggul, dibiayai oleh pemerintah pusat, sedangkan bagi kabupaten/kota tidak mampu melaksanakan vaksin karena biaya relatif sangat mahal.
"Vaksin hanya diberikan untuk peternakan yang di kandang dan semestinya peternak di HSU juga perlu mendapatkan vaksin, Namun, hal itu terbentur pada biayanya yang sangat mahal," katanya.
Komang menjelaskan bahwa kasus flu burung terjadi di suatu lokasi peternakan maka akan segera melakukan pemblokiran (vocal calling) agar tidak ada ternak yang keluar masuk dari lokasi yang terkena penularan flu burung.
Namun, Diskannak Kabupaten HSU yakin kasus flu burung yang terjadi di Banjarmasin berupa penularan terhadap jenis ayam putih tidak akan menulari hingga ke Wilayah Kabupaten HSU.
"Jenis virus flu burung yang menulari ayam tidak akan menulari itik karena jenis virus flu burung yang khusus menulari ternak itik adalah H5NI clade 2.3.2," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) drh. I Komang Agus di Amuntai, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya dalam mencegah penularan penyakit flu burung telah meminta para peternak melakukan pembersihan dan melakukan penyemprotan disinfektan di kandang.
"Kami telah menerima informasi adanya kasus flu burung di Kotamadya Banjarmasin yang menyerang jenis ayam putih," katanya.
Seharusnya mengantisipasi masuknya flu burung tersebut, menurut dia, ternak harus diberi vaksin. Namun, biayanya menjadi sangat mahal sehingga cukup dengan pembersihan rutin dan penyemprotan disinvektan.
Jika terjadi kasus flu burung, kata Komang, penyemprotan disinfektan bisa dilakukan sebanyak dua kali dalam 1 minggu. Kalau tidak ada kasus, hanya dilakukan satu kali penyemprotan seminggunya.
Ia mengatakan bahwa kasus flu burung sewaktu-waktu bisa terjadi di Kabupaten HSU, atau sangat tergantung daya tahan ternak dan kondisi cuaca.
Meski Kabupaten HSU sudah ditetapkan Kementerian Pertanian sebagai sumber itik alabio, menurut dia, belum ada perlakukan khusus terkait dengan pemberian vaksin.
"Setiap 3 bulan petugas dari Balai Veterner Banjarbaru melakukan pengambilan sampel sebagai bentuk pengawasan dari terjadinya kasus penyakit flu burung dan penyakit lainnya," terang Komang.
Pemberian vaksin Al Apluvet sebagaimana dilakukan di Desa Sungai Simpai Kabupaten Tanah Laut, dalam rangka pembibitan itik unggul, dibiayai oleh pemerintah pusat, sedangkan bagi kabupaten/kota tidak mampu melaksanakan vaksin karena biaya relatif sangat mahal.
"Vaksin hanya diberikan untuk peternakan yang di kandang dan semestinya peternak di HSU juga perlu mendapatkan vaksin, Namun, hal itu terbentur pada biayanya yang sangat mahal," katanya.
Komang menjelaskan bahwa kasus flu burung terjadi di suatu lokasi peternakan maka akan segera melakukan pemblokiran (vocal calling) agar tidak ada ternak yang keluar masuk dari lokasi yang terkena penularan flu burung.
Namun, Diskannak Kabupaten HSU yakin kasus flu burung yang terjadi di Banjarmasin berupa penularan terhadap jenis ayam putih tidak akan menulari hingga ke Wilayah Kabupaten HSU.
"Jenis virus flu burung yang menulari ayam tidak akan menulari itik karena jenis virus flu burung yang khusus menulari ternak itik adalah H5NI clade 2.3.2," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016