Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota DPRD Kalimantan Selatan H Suripno Sumas berpendapat, embung yang berfungsi sebagai menampung air, tampaknya pilihan terbaik buat penyediaan air baku untuk perusahaan daerah air minum atau PDAM Bandarmasih.

Pendapat itu dia kemukakan menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Sabtu, sesudah dirinya mengikuti undangan direksi PDAM Bandarmasih studi komparasi ke PDAM Kabupaten Klungkung, Bali, 19 - 21 Oktober 2016.

PDAM Bandarmasih milik pemerintah kota (Pemkot) Banjarmasin sengaja mengajak/mengundang pimpinan dan beberapa anggota Komisi II bidang ekonomi dan keuangan DPRD Kalsel untuk studi komparasi ke PDAM Klungkung Bali.

Pasalnya PDAM Bandarmasih mau meminta dukungan moril Komisi II DPRD Kalsel untuk mendapatkan penambahan penyertaan modal dari pemerintah provinsi (Pemprov) setempat dalam pembuatan embung buat penampungan persediaan air baku.

Di sisi lain dalam pemenuhan persediaan air baku PDAM Klungkung juga mengolah air payau, terutama pada salah satu wilayah kecamatan yang dekat laut dan sulit mendapatkan air tawar, tutur wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel I/Kota Banjarmasin.

Karena, lanjut alumnus Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu, PDAM Bandarmasih juga kesulitan mendapat sumber air baku bila musim kemarau, seperti "intake" (pengambilan air) di Sungai Bilu-Sungai Martapura payau sehingga tidak layak konsumsi.

Bahkan kalau terjadi kemarau panjang air Sungai Martapura hingga intake Sungai Bilu Banjarmasin menjadi asin karena terintrusi air laut, tutur pensiunan pegawai negeri sipil yang bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa tersebut.

Dalam kaitan pengolahan air payau/asin untuk penyediaan air baku tersebut direksi PDAM Bandarmasih ke Klungkung Bali dengan mengajak/mengundang pimpinan dan anggota DPRD Kalsel.

"Ternyata pengolahan air payau untuk layak konsumsi menggunakan biaya tinggi, seperti pada PDAM Klungkung harga jaul per meterkubik atau seribu liter Rp60.000," ujar mantan anggota Badan Pengawas PDAM Bandarmasih tersebut.

Menurut dia, harga air per meterkubik sebesar Rp60.000 bagi penduduk Banjarmasin kemahalan, kendati warga masyarakat Klungkung yang tinggal dekat laut menganggapnya masih murah bila dibandingkan air mineral/kemasan..

"Sebab warga masyarakat Klungkung yang tinggal dekat laut itu membandingkan dengan harga air mineral sebagai konsumsi mereka seharga Rp10.000/botol (isi 1,5 liter) sehingga hitung saja berapa harus mengeluarkan duit kalau 1000 lieter," tuturnya.

Oleh karena itu, pembuatan embung untuk penyediaan air baku/ bersih PDAM Bandarmasih dalam jangkan panjang mungkin lebih efesien dari mengolah air payau:asin menjadi air tawar - layak konsumsi, tambahnya.

"Memang investasi untuk membuat embung cukup besar, seperti perencanaan PDAM Bandarmasih di wilayah Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalsel memerlukan dana sekitar Rp400 miliar. Tapi pemanfaatannya jangka panjang," demikian Suripno.

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016