Jakarta, (Antaranews Kalsel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 49 poin menjadi Rp12.984, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.033 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa sentimen pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (7-day Reverse Repo Rate) menjadi 4,75 persen dari lima persen menjaga harapan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Pemangkasan 7-day Reverse Repo Rate akan mendorong permintaan kredit untuk usaha meningkat sehingga aktivitas ekonmi dapat bergerak lebih baik yakng akhirnya membuka momentum bagi ekonomi nasional," kata Rully Nova.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang cenderung stabil juga mempengaruhi mata uang dolar AS untuk tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 51,11 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 52,24 dolar AS per barel, pada Kamis sore.
"Sentimen eksternal kurang mendukung bagi dolar AS untuk terapresiasi," katanya.
Apalagi, lanjut Rully, sentimen Bank Sentral AS atau The Fed mengenai kenaikan suku bunga acuannya juga belum ada kepastian sehingga mendorong pelaku pasar untuk berspekulasi di pasar negara berkembang.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan kurs di kawasan Asia sejalan dengan berkurangnya sentimen negatif di pasar global.
"Harga komoditas yang menguat menguarangi sentimen negatif eksternal," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.999 dibandingkan Rabu (19/10) Rp13.007./f
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa sentimen pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (7-day Reverse Repo Rate) menjadi 4,75 persen dari lima persen menjaga harapan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Pemangkasan 7-day Reverse Repo Rate akan mendorong permintaan kredit untuk usaha meningkat sehingga aktivitas ekonmi dapat bergerak lebih baik yakng akhirnya membuka momentum bagi ekonomi nasional," kata Rully Nova.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang cenderung stabil juga mempengaruhi mata uang dolar AS untuk tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 51,11 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 52,24 dolar AS per barel, pada Kamis sore.
"Sentimen eksternal kurang mendukung bagi dolar AS untuk terapresiasi," katanya.
Apalagi, lanjut Rully, sentimen Bank Sentral AS atau The Fed mengenai kenaikan suku bunga acuannya juga belum ada kepastian sehingga mendorong pelaku pasar untuk berspekulasi di pasar negara berkembang.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan kurs di kawasan Asia sejalan dengan berkurangnya sentimen negatif di pasar global.
"Harga komoditas yang menguat menguarangi sentimen negatif eksternal," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.999 dibandingkan Rabu (19/10) Rp13.007./f
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016