Kandangan (Antaranews Kalsel) - Pernikahan dini yang masih terjadi di beberapa daerah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, mendorong kenaikan angka putus sekolah di daerah tersebut.


Kepala Dinas Pendidikan Hulu Sungai Selatan (HSS) Nordiansyah di Kandangan, Selasa mengatakan, angka putus sekolah tahun ajaran 2015/2016 untuk SD sederajat sebanyak 41 siswa, SMP sederajat 54 orang siswa dan SMA sederajat 18 siswa sehingga total sebanyak 113 siswa yang tidak melanjutkan sekolah.

Jumlah angka putus sekolah tersebut naik dibandingkan tahun ajaran 2014/2015, angka putus sekolah untuk SD sederajat sebanyak empat orang, SMP sederajat 23 orang dan SMA sederajat 59 orang sehingga total 86 orang siswa tidak melanjutkan sekolah.

"Jadi dibandingkan tahun lalu angka putus sekolah siswa di HSS, naik sebanyak 27 orang siswa," katanya.

Meningkatnya angka putus sekolah tersebut, kata dia, karena berbagai macam faktor internal, terutama karena orangtua yang menginginkan anak-anaknya, terutama anak perempuan segera menikah dibandingkan harus sekolah.

"Penyebab putus sekolah mulai dari karena ingin menikah muda sampai ingin bekerja untuk membantu orang tua," katanya.

Khusus faktor eksternal, kata dia, dipastikan tidak ada, sebab sekolah sekarang dari SD sampai SMP sederajat sudah gratis dan tidak ada iuran yang harus dikeluarkan oleh orang tua siswa.

Sedangkan bagi anak SMA sederajat, meski tak semuanya gratis, namun untuk warga miskin tetap digratiskan dengan menggunakan uang komite sekolah. "Jadi warga miskin tetap bisa sekolah sampai lulus SMA sederajat," katanya.

Menekan angka putus sekolah tersebut, Disdik telah melakukan berbagai langkah antisipasi, diantaranya melakukan pendataan di setiap sekolah bagi siswa yang putus sekolah untuk diberikan motivasi, untuk melanjutkan sekolah dengan menggunakan paket sesuai ketentuan.

"Seluruh Kepsek di sekolah masing-masing wajib menyampaikan data anak-anak putus sekolah, untuk segera didatangi agar bisa kembali melanjutkan sekolah," katanya.

Sebelumnya, Bupati HSS Ackhmad Fikry mengatakan, program wajib belajar akan menjadi fokus program pembangunan di daerahnya, karena melalui program ini, bukan hanya akan mampu meningkatkan SDM di daerah, juga sebagai salah satu upaya menekan angka kematian ibu dan bayi.

Menurut dia, tingginya angka kematian ibu dan bayi, karena jumlah pernikahan dini juga cukup besar. Tingginya angka pernikahan dini, disebabkan karena tingginya angka putus sekolah.

"Program wajib belajar secara otomatis akan banyak menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di daerahnya," katanya.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016