Pulau Kembang merupakan pulau di tengah Sungai Barito yang masuk Wilayah Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Wisata
Situs ke-54 Geopark Meratus
Dukungan Pemprov Kalsel
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Pulau Kembang menjadi daya tarik wisata karena memiliki keistimewaan alam, utamanya melihat kehidupan kera ekor panjang.
Memang kalau disaksikan, Pulau Kembang hampir tidak ada pemukiman manusia, tapi kelompok kera yang dalam nama latinnya Macaca fascicularis.
Mengunjungi pulau yang tercatat di Wikipedia ini jika dari Kota Banjarmasin harus menggunakan transportasi sungai sekitar 1 jam dari wisata siring sungai Martapura di Jalan Piare Tendean.
Menggunakan kelotok wisata atau perahu bermesin, pelayaran akan mengarungi sungai Martapura hingga tembus ke muara Sungai Barito.
Diperjalanan, pengunjung akan mendapatkan pemandangan pinggiran Kota Banjarmasin yang rumah penduduknya berada di bantaran sungai.
Kebudayaan warga Banjar yang mandi dan mencuci serta aktivitas lainnya di sungai jadi pemandangan unik tersendiri.
Selain itu pemandangan jembatan-jembatan beton yang membentang panjang di sungai Martapura yang diperkirakan luasnya sekitar 200 meter.
Hilir mudik perahu pun ditemui, hingga memasuki sungai Barito yang lebih luas banyak kapal-kapal besar, tongkang memuat batubara hingga kapal laut lainnya.
Setelah itu dari kejauhan terlihat pulau yang banyak tambat kapal tongkang dan lainnya, itulah Pulau Kembang.
Dalam Wikipedia, nama "Kembang" diambil dari kata Jawa yang berarti bunga, bisa juga diartikan sebagai bentang atau hamparan.
Pulau ini tercatat luasnya 60 hektare di sebelah barat Kota Banjarmasin sebagai hutan wisata berdasarkan SK Menteri Pertanian pada 1979.
Baca juga: Memandang lalu-lalang "emas hitam" di Situs Geopark Meratus
Baca juga: Memandang lalu-lalang "emas hitam" di Situs Geopark Meratus
Wisata
Pulau Kembang sudah lama menjadi objek wisata sesuai yang disampaikan pengemudi perahu bermotor atau kelotok bernama Abdullah yang sehari-harinya mangkal di dermaga Siring Sungai Martapura di Jalan Piare Tendean Kota Banjarmasin.
Sebab sejak dirinya muda hingga usianya sudah di atas 50 tahun ini menjadi pengemudi kelotok hampir setiap pekannya mengantar wisatawan ke Pulau Kembang.
Tidak hanya wisatawan lokal, nasional dan mancanegara banyak berkunjung ke sana, kebanyakan ingin melihat kehidupan para kera yang dinyatakan ada cerita legendanya.
Sebab, saat memasuki kawasan wisata itu, terlihat sebuah bangunan yang didalamnya ada dua patung kera putih.
Bangunan terbuka itu dianggap keramat, karena banyak orang yang meletakkan sesajen di altar dua patung kera putih itu.
"Kebanyakan orang keturunan cina yang datang ke sini, mereka meletakkan sesajen dan dupa," ujar Fatimah seorang pemandu wisata di sana.
Biasanya setiap tahun ada ritual di sana yang dilakukan orang-orang tertentu untuk itu.
Namun di luar semua itu, Pulau Kembang memang istimewa dengan ratusan bahkan seribuan kera yang ada.
Padahal tidak banyak pepohonan buah-buahan di sana, sebab pulau itu bertanah rawa, namun kembang biak kera di sana sangat besar.
Makanan yang banyak hanya saat pengunjung datang, ada yang membawa pisang, kacang dan lainnya. Di sana pun banyak yang menjajakan itu.
Kera di sana disebutkan berkelompok, kelompok yang lebih kuat akan menempati daerah yang banyak di datangi wisatawan, sedangkan yang lemah berada di dalam hutan.
Berkelana di hutan Pulau Kembang tersebut menapaki jalan titian atau jembatan panjang yang lebarnya hanya satu meter lebih, sebagian berkonstruksi kayu ulin atau kayu besi, sebagian sudah beton.
Di sepanjang jalan itu ada kera yang bergantungan, memanjat pohon, dipinggiran jembatan, semua mengharapkan ukuran tangan untuk makan.
Para pengunjung selalu ditemani pemandu yang kebanyakan perempuan bahkan sudah berumur, mereka membawa sebilah kayu panjang untuk menghalau adanya kera yang nakal.
Setiap pekannya sekitar 500 orang berkunjung ke sana, bahkan sebelum pandemi COVID-19 menurut penjaga pintu masuk ke wisata itu di atas seribu orang.
Namun di hari biasa atau Senin sampai Jumat, pengunjung yang datang sangat sedikit, maksimal seharinya hanya 20 orang.
Ini disebabkan akses menuju ke Pulau Kembang tidak mudah, tidak ada jalan darat, hanya pakai transportasi sungai yang biayanya pun cukup tinggi.
Jika menyewa perahu bermesin atau kelotok ke sana biayanya mencapai Rp450 ribu, namun pada hari Minggu bisa bersama-sama orang lain yang karcisnya satu orang Rp35 ribu untuk 13 orang minimal berangkat.
Baca juga: Pesona Geopark Meratus di kampung "Seribu Jukung" Pulau Sewangi
Baca juga: Pesona Geopark Meratus di kampung "Seribu Jukung" Pulau Sewangi
Situs ke-54 Geopark Meratus
Pulau Kembang masuk situs dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional yang ditetapkan pada 2018, bahkan saat ini diajukan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp) atau geopark dunia.
Sebagai situs Geopark "Taman bumi", Pulau Kembang tentunya sangat dilindungi sebagai salah satu sejarah bumi.
Di mana Geopark Pegunungan Meratus dalam ilmu geologi, terbentuk dari susunan kerak samudera yang disebut ophiolite, yang terangkat ke permukaan sejak 200-150 juta tahun lalu.
Situs Pulau Kembang dalam keterangan Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus adalah rute Barat yang mempunyai panjang sekitar 85 kilometer dan memiliki 9 situs. Tema "Pesona susur sungai orang Banjar".
Tema ini mengandung arti memiliki arti hiruk pikuk Pasar Terapung Lok Baintan menyapa pagi. Saat matahari meninggi, arus sungai mengantar kita menelusuri keagungan budaya Banjar. Keindahan Sasirangan, kemegahan rumah Adat yang
penuh makna, tradisi membuat jukung kayu. Satwa langka monyet hidung panjang di Pulau Curiak turut memberi warna, dalam perjalanan yang sangat mempesona.
Pulau Kembang secara administratif berada di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel, terbentuk hasil proses pengendapan delta Sungai Barito yang berbentuk bar (pulau di tengah sungai).
Pulau yang dipenuhi kera ekor panjang ini sudah menjadi tujuan wisata sejak masa Hindia belanda sekitar tahun 1920-1942, dimana pulau ini disebut oleh Meneer Belanda (sebutan orang Belanda) sebagai Apeneiland atau pulaunya para kera.
Sebagaimana disampaikan BP Geopark Pegunungan Meratus, rute Barat memiliki sebanyak 9 situs, yakni, Pulau Kembang, Konservasi Bekantan Curiak, Museum Wasaka, Pasar Terapung Lok Baintan, Rumah Adat Tradisional Banjar, Galeri Terapung Sasirangan, Kampung Tradisional Sasirangan, Pusat Kapal Tradisional Sewangi dan Pemandangan Tongkang Batubara.
Baca juga: Mengangkat Desa Belangian jadi objek wisata Geopark Nasional
Baca juga: Mengangkat Desa Belangian jadi objek wisata Geopark Nasional
Dukungan Pemprov Kalsel
Penetapan status Pegunungan Meratus menjadi Geopark Nasional hingga ke Internasional sangat didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Pemprov Kalsel melalui Dinas Komunikasi dan Informatika provinsi setempat menyampaikan, beberapa langkah pembangunan dilakukan Pemprov Kalsel dalam mendukung penetapan Geopark Meratus untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp).
Penetapan Geopark Pegunungan Meratus Nasional sejak 2018 merupakan upaya konkrit Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor dalam menyelamatkan Meratus dari kerusakan.
Beberapa langkah yang akan dilakukan Pemprov Kalsel menyelamatkan Meratus, yaitu, membentuk badan pengelola geopark, masterplane pengembangan geopark dan meningkatkan infrastruktur di dalamnya.
Selain itu, meningkatkan jejaring dengan geopark yang ada baik skala nasional dan internasional, serta meningkatkan promosi wisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023