Museum Lambung Mangkurat yang berada di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan menyimpan banyak benda berharga yang menunjukkan jejak sejarah di provinsi tersebut.
Museum Lambung Mangkurat ditetapkan menjadi salah satu situs dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional yang kini diajukan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp) atau geopark dunia.
Museum yang diresmikan pada 10 Januari 1979 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr Daoed Yoesoef itu menyimpan banyak peninggalan bernilai bagi Geopark "Taman Bumi" pegunungan Meratus Nasional ditetapkan pada 2018.
Ditetapkannya pegunungan Meratus sebagai Geopark karena dalam ilmu geologi dinyatakan sebagai pegunungan yang terbentuk dari susunan kerak samudera yang disebut ophiolite, yang terangkat ke permukaan sejak 200-150 juta tahun lalu.
Sejarah panjang terwujudnya bumi di pegunungan Meratus ini tentunya memunculkan banyak cerita di dalamnya, dari bebatuan, tanah, hutan, sungai, flora dan fauna hingga kehidupan manusia.
Di museum Lambung Mangkurat, sekelumit cerita itu coba diungkap untuk pengetahuan generasi ke generasi, sehingga jejak sejarah itu tetap lestari dan terus dihargai sebagai bagian identitas daerah dan bangsa.
Sebagai bangsa yang menghargai sejarah, museum sangat penting adanya untuk menyelamatkan dan menjaga barang-barang peninggalan nenek moyang, termasuk kebudayaannya, bagaimana kehidupan masa itu hingga cerita-cerita kearifan lokal dari masa ke masa.
Di mana di Provinsi Kalimantan Selatan dari masa ke masa juga ada cerita tentang berdirinya kerajaan, kesultanan dan terbentuknya suku-suku hingga penyebaran agama dan kebudayaan.
Museum Lambung Mangkurat coba menceritakan jejak-jejak sejarah itu dengan memamerkan berbagai koleksi benda bersejarah terkait itu telah ditemukan dan dikumpulkan.
Menurut Kepala Museum Lambung Mangkurat Muhammad Taufik Akbar di Banjarbaru (7/12/2023), barang bernilai sejarah yang ditemukan dan disimpan di museum ini mencapai 12.149 jenis koleksi.
Barang-barang bersejarah itu terbagi 10 jenis koleksi, yakni, berupa Geoligika sebanyak 123 benda, Biologika sebanyak 190 benda, Etnografika sebanyak 6.384 benda, Arkeologika sebanyak 239 benda, Historika sebanyak 499 benda, Numismatika/Heraldika sebanyak 3.335 benda.
Selanjutnya, Filologika sebanyak 162 benda, Keramologika sebanyak 994 benda, Seni Rupa sebanyak 143 benda dan Teknologika sebanyak 80 benda.
Dari sebanyak itu, ditaksir hanya sekitar 20 persennya di pamerkan di gedung Museum Lambung Mangkurat, sebagiannya lagi di simpang dan dipelihara, sewaktu-waktu juga dikeluarkan untuk dipamerkan.
Muhammad Taufik Akbar menyampaikan bahwa keamanan dan kelestarian semua barang bersejarah sangat diperhatikan, karena merupakan aset negara yang berharga.
Demikian juga bangunannya dirawat dengan baik serta fasilitasnya terus ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan para pengunjung.
Koleksi dipamerkan
Museum Lambung Mangkurat yang berada di pinggiran Jalan Protokol A Yani Kota Banjarbaru yang begitu mudah didatangi pengunjung.
Masuk ke area Museum mata pengunjung sudah diperlihatkan koleksi berbagai benda bersejarah seperti lima meriam di depan gedung, perahu-perahu tradisional Banjar dan karapan sapi.
Memasuki gedung meseum pada lantai dua awal rute perjalanan wisata, Sang Pemandu Wisata Museum Lambung Mangkurat Bahri menjelaskan, pertama akan melihat koleksi museum adalah sejarah alam, gambaran tentang hutan seperti hutan Rawa, hutan Ulin dan hutan Bakau.
Setelah itu berlanjut koleksi tentang geologika atau batuan alam seperti ada batubara, biji besi dan batu gunung, kemudian koleksi benda dari berbagai kehidupan pantai dan bawah laut, dilanjutkan koleksi tentang suku-suku, budaya sungai hingga benda-benda peralatan dapur masa lalu.
Ada juga berbagai senjata-senjata tajam masa lalu, baju pengantin hingga peralatan adat budaya Banjar. Kemudian Kitab Suci Al'quran tulisan tangan dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang merupakan ulama besar di Tanah Banjar ini, termasuk keterangan riwayatnya.
Selanjutnya benda-benda bersejarah upacara suku Dayak, seperti upacara pemakaman sementara dan lainnya, juga ada benda-benda peninggalan suku Banjar masa lalu berkegiatan seperti mencari intan atau mendulang juga mencari kayu, mencari burung, membuat kerajinan hingga memelihara kerbau dan lain sebagainya.
Kemudian benda-benda permainan tradisional daerah yang ada di provinsi ini, seperti balogo, bagasing, badaku termasuk layang-layang besar atau disebutkan kelayangan dandang.
Kemudian lagi koleksi tentang kerajinan anyaman di provinsi ini, seperti anyaman rotan, anyaman purun, anyaman paring dan anyaman membuat kupiah jangang. Setelah itu berbagai alat-alat musik daerah dan kesenian teater daerah.
Selanjutnya beralih keruang bawah atau lantai satu jalur ke luar gedung para pengunjung diperlihatkan berbagai koleksi berbagai benda dari masa pra sejarah dan arkeologi diantaranya bebatuan hingga ada tulang gajah yang ditemukan di daerah Barito Kuala.
Di ruangan itu juga ada benda-benda peninggalan masa klasik sebelum masuknya agama Islam di provinsi ini, termasuk dari candi atau kerajaan masa lalu.
Adapula benda-benda dari Kesultanan Banjar seperti cap raja, monumen perjanjian dengan penjajah Belanda hingga ada pula gemelan hadiah dari Kerajaan Demak dan beberapa benda peninggalan Kerajaan Bugis.
Perjalanan terakhir akan ditutup dengan benda-benda dari perang kemerdekaan seperti senjata-senjata peninggalan Belanda dan perlawanan rakyat Banjar, termasuk juga ada foto para pahlawan nasional dari provinsi ini, kemudian ada uang pecahan logam dari tahun 1945 hingga seterusnya.
Menurut Bahri didampingi Tata yang menjadi petugas pencatat data kunjungan museum, bahwa banyak pengunjung yang datang dari pelajar, namun tidak sedikit juga pengunjung dari mancanegara.
Apalagi sudah ditetapkan sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional, kunjungan ke Museum Lambung Mangkurat terus meningkat.
Situs Geopark
Dari Keterangan Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus Nasional, bahwa Museum Lambung Mangkurat merupakan situs infrastruktur yang secara geografis terletak pada koordinat berlokasi 3 derajat 26' 33.11 lintang Selatan serta 114 derajat 50' 17.68 bujur Timur di Kota Banjarbaru.
Situs ini merupakan bagian perjalanan rute Selatan dengan tema "Sebuah kilau perjalanan dari hutan hujan tropis menuju intan" yang memiliki arti hutan tropis memberi nyawa pada Meratus. Dari Kampung Purun ia berbagi karya seni, menawarkan pengobatan di Kampung Herbal, menjadi rumah satwa liar dan anggrek yang menawan. Pesanggrahan Belanda menjadi saksi bisu sejarah kolonial, dikelilingi pepohonan yang tumbuh di atas Batu Kulit Ular, dengan pemandangan bak lukisan. Dari seni kita melihat bagaimana sejarah bumi menciptakan kemilau intan, yang tak lekang dimakan zaman.
Lokasi yang berada pada dataran rendah sekitar 10 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kondisi kejadian bumi (geologi), kawasan ini merupakan bagian dari formasi Dahor yang berumur 5.3-1.6 juta tahun yang lalu, dan diendapakan pada lingkungan paralas/paralik, seperti rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai.
Musim ini mengalami perjalanan panjang, di mana beberapa kali perubahan sejak didirikan pertama kali pada tahun 1907 oleh Pemerintah Hindia Belanda dan telah diresmikan Dr Daoed Yoesoef selalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 10 Januari 1979.
Nama Lambung Mangkurat disebut juga Lembu Mangkurat berasal dari hikayat atau legenda raja-raja Banjar. Lambung Mangkurat merupakan seorang pemangku kerajaan Dipa yang menjadi cikal bakal Kesultanan Banjar bagian sejarah Indonesia berada di Kalsel sekitar tahun 1380.
Bangun museum ini berdiri di atas tanah seluas 15,000 meter persegi yang terdiri atas gedung induk pameran tetap yang terdiri atas, ruang pameran temporer serta kantor dan rumah dinas kepala. Museum ini mempunyai ciri khas berbentuk bangunan adat Suku Banjar. Koleksi yang ada di museum ini sebanyak 12 ribu koleksi dengan klasifikasinya terdapat 10 jenis, yakni, geologi/geografi, biologi, etnografika, arkeologi, historika, numismatika/heraldika, filologi, keramologi, seni rupa dan teknologi.
Di mana secara umum menggambarkan keragaman budaya yang ada di Kalimantan Selatan, baik pada masa Hindu seperti patung dewa dan patung binatang, seperti koleksi pada masa Kesultanan Banjar seperti kursi emas, perisai, payung, tombak dan mahkota, koleksi lain seperti terdapat beberapa miniatur tipe rumah adat suku Banjar, pakai adat suku Banjar, serta beberapa bukti perkembangan agama Islam yang ada di Provinsi Kalsel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023