Banjarmasin yang menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan pada 24 September 2016 genap berumur 490 tahun atau tergolong "kota tua" jika dilihat dari segi usia.

Memang hampir lima abad silam kota yang berjuluk "seribu sungai" tersebut merupakan bandar atau kawasan pelabuhan, yakni pada masa Patih Masih, seiring masuknya Islam dan dengan Sultan Suriansyah - Raja Banjar Kalimantan (Borneo) yang pertama mengikuti ajaran Muhammad saw.

Sementara beberapa penulis tentang Banjarmasin tempo dulu, antara lain almarhum Hasan Bondan dan H Artum Artha mengungkap asal kata Banjarmasin yaitu "bandar masih" yang dalam perkembangannya dua kata tersebut bermetamorfosis menjadi satu kata yaitu "Banjarmasin".

Namun masih ada kata untuk mengenang sebutan "bandar masih" itu yang kemudian menjadi "bandarmasih" tersebut, antara lain pada nama terminal penumpang Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.

Selain itu, nama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih milik Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin yang memberikan pelayanan kebutuhan air bersih pendudukan setempat dan sudah mencapai 90 persen wilayah ibu kota Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut.

Walau kota Banjarmasin tergolong tua, namun ketuaan itu tidak seperti usia manusia pada umumnya yang secara kudrati semakin renta, dan perlahan-lahan semakin kurang menampakkan ketampanan (tampan bagi laki-laki) atau kecantikan (cantik bagi perempuan).

Semakin panjang usia Kota Banjarmasin kian menampakkan kemajuan, bukan cuma di pusat kota atau "jantung kota" yang terlihat cantik, namun daerah-daerah pinggiran pun tampak bersolek.

Banjarmasin bersolek bukan hanya hasil kerja pemkot setempat bersama masyarakatnya, tapi juga melalui proyek/kegiatan pemerintah provinsi (Pemprov Kalsel) dan institusi lain yang juga menginginkan kota ini semakin bersih, indah, nyaman dan aman.

Sebagai contoh keberadaan hutan kota Sabilal Muhtadin di depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, dan hutan kota Korem 101 Antasari pada lahan bekas Radio Republik Indonesia (RRI) dekat bantaran Sungai Matapura - Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Selain itu, taman siring Sungai Martapura Jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin - depan Markas Korem 101 Antasari dan eks gubernuran/Sekretariat daerah provinsi (Setdaprov Kalsel), serta taman siring Sungai Martapura-Jalan RE Martadinata atau depan Balai Kota.

Kemudian tanam siring Sungai Martapura - Jalan Pere Tendean atau Paninan Laut Banjarmasin yang kini terdapat patung bekantan (kera hidung panjang) - maskot satwa Kalsel, serta menara pandang guna melihat kota berjuluk seribu sungai ini dari kejauhan.

Begitu pula Taman Maskot/PKK Kalsel serta Taman Kamboja bagian dari solekan ibu kota provinsi tersebut yang kini terbagi lima wilayah kecamatan, yaitu Banjarmasin Tengah, Utara, Selatan, Timur dan Kecamatan Banjarmasin Barat.

Dua Pilihan

Mantan Wali Kota Banjarmasin H Sofyan Arpan (alm) saat itu berpendapat, untuk membenahi atau menyolek ibu kota Kalsel yang merupakan kota tua hanya ada dua pilihan, yaitu pilihan pertama melakukan perombakan secara total/spontan dan pilihan dengan perlahan.

Namun Wali Kota Banjarmasin awal era otonomi daerah itu tampaknya menggunakan pilihan kedua dalam membenahi ibu kota Provinsi Kalsel. Kalsel yang kini terdiri atas 13 kabupaten/kota, yaitu dengan melakukan pembenahan secara perlahan, tapi pasti.

Almarhum yang juga terkenal akrab dan murah dengan wartawan itu mengumpamakan kota Banjarmasin bagaikan bangunan rumah tua yang di sana-sini memerlukan pembenahan guna menjaga keberadaan dan kekhasannya.

Pembenahan itu, menurut dia, harus perlahan-tidak bisa seenaknya. "Sebab kalau seenaknya bisa menambah kerusakan, bukan perbaikan, yang sudah barang tentu memerlukan dana tidak sedikit," tutur mantan camat di Banjarmasin tersebut.

Sedangkan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Banjarmasin terbatas, sehingga harus membuat skala prioritas dalam membangun atau membenahi rumah tua, sehingga kecantikannya tetap terjaga, demikian Sofyan Arpan.

Tambah Maju

Solekan secara bangunan fisik lain dari Banjarmasin - sebuah kota yang sudah berusia hampir lima abad itu, berupa pembenahan jalan utama (arteri) dan jalan penghubung (kolektor), serta sungai dan permukiman penduduk dengan menghadirkan bank sampah.

Selain itu, melalui program Pelindo III Banjarmasin mempercantik terminal penumpang Bandarmasih dan kawasan Pelabuhan Trisakti, serta pemkot setempat merenovasi terminal angkutan jalan raya di Jalan Pramuka/Jalan A Yani Km.6 Banjarmasin.

Begitu pula pasar-pasar tradisional dan sekolah di kota seribu sungai ini terus dilakukan pembenahan dengan berupaya meminimalkan tebaran sampah, mewujudkan kawasan bersih, hijau dan teduh.

"Dengan bersih, hijau dan teduh, kita harapkan lebih memberi daya tarik bagi orang untuk mau berbelanja ke pasar tradisonal. Apalagi kalau ditambah dengan jaminan keamanan," ujar Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Banjarmasin H Hermansyah.

Pembenahan atau upaya mempercantik ibu kota Kalsel yang merupakan kota tua di provinsi ini semakin gencar sejak Wali Kota H Yudhi Wahyuni.

Kemudian pada masa Wali Kota H Muhiddin dan berlanjut oleh pasangan Ibnu Sina - Hermansyah yang menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota setempat 17 Februari 2016.

Upaya mensolek kota Banjarmasin tidak sia-sia dan membuahkan hasil antara lain dengan menerima anugerah Adipura - lambang supremasi kebersihan bagi sebuah kota secara berturut-turut dalam dua tahun terakhir (2015 dan 2016).

Namun sungai-sungai semakin menyempit dan menghilang - berganti dengan bangunan atau rumah toko (ruko), kecuali baru Sungai atau saluran terbuka (salter) Veteran hendak direnovasi.

Oleh karenanya ada yang iseng mengganti julukan kota Banjarmasin dari "seribu sungai" menjadi "seribu ruko". Sebab sungai-sungai/salter yang hingga awal tahun 1960-an masih bisa dilalui perahu kecil lalu-lalang membawa dagangan, kini sudah tiada.

Sebagai contoh salter A Yani/Jalan A Yani yang dulu bernama Jalan Ulin (kayu besi) orang bisa berjualan berbagai kebutuhan dapur seperti lauk pauk, sayuran dan lainnya dengan menggunakan perahu kecil, kini sudah tidak ada lagi.

Dirgahayu Kota Banjarmasin yang berjuluk kota seribu sungai dan selamat Hari Jadi (24 September 1526). Kota yang bertambah usia diharapkan semakin cantik dan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Pewarta: Sukarli/syamsuddin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016