Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,06 persen atau 10 poin menjadi Rp15.883 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.873 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini secara fundamental masih akan dipengaruhi perkembangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Hamas.
“Sumber pelemahan rupiah terhadap dolar AS dari eksternal masih bertahan. Konflik perang Israel-Hamas kelihatannya terekskalasi, area konflik meluas sehingga peristiwa ini masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Di samping itu, pelaku pasar juga mengantisipasi kebijakan suku bunga tinggi AS akan bertahan lebih lama karena inflasi AS masih belum turun ke target 2 persen, sehingga segala upaya bakal diusahakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ekspektasi tersebut selaras dengan pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell pada pekan lalu yang tercermin dari tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih meninggi.
Sebelumnya, Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat Virtuous Setyaka mengatakan perang antara Palestina melawan Israel berpotensi mengganggu ekonomi global, termasuk berdampak terhadap Indonesia. Dampak itu bisa berimbas terhadap stabilitas pasar dan komoditas, distribusi kebutuhan pangan dan non-pangan, hingga perdagangan secara umum.
Bagi negara seperti Indonesia yang beberapa kebutuhan harian masih tergantung pada impor atau melalui pasar internasional, maka konflik akan berdampak langsung. Hal tersebut dapat diperparah akibat perubahan iklim hingga dampak musim kemarau panjang (fenomena El Nino) seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023