Sebanyak 26 peserta perwakilan tiga negara mengikuti kegiatan Training of Trainers Bamboo Village Sustainable Landscape yang diadakan Instiper Yogyakarta, 18-22 September 2023, yang salah satu materinya mempelajari pengolahan bambu di Hutan Bambu Bulaksalak Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rektor Instiper Yogyakarta Harsawardana dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa menyebutkan 26 orang peserta itu terdiri 18 orang dari Indonesia, enam orang dari INTROP UPM Malaysia, dan dua orang dari UPLB Filipina. Peserta Indonesia dari berbagai perguruan tinggi diantaranya Universitas Mulawarman, UNS Solo, Universitas Muhammadiyah Malang, Instiper Yogyakarta.
"Bambu merupakan salah satu bentuk biomaterial yang memiliki nilai tambah hingga berpuluh-puluh kali lipat jika diolah menjadi bentuk yang lebih menarik. Bahkan tegakan rumpun bambu pun bisa menjadi obyek wisata hutan bambu jika dikelola dengan baik," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya merasa bangga perguruan tingginya dapat dipercaya untuk menyelenggarakan kegiatan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape. Kegiatan training untuk menata lanskap dengan komoditas bambu tersebut merupakan inisiasi yang luar biasa.
Baca juga: Presiden Jokowi apresiasi teknologi pengolahan bambu di Ngada
Baca juga: KEHATI: Restorasi bambu jadi solusi rehabilitasi hutan & lahan kritis
"Karena bambu tidak hanya bernilai secara ekonomi namun juga secara ekologi. Namun untuk menjaga keberlanjutan dan ketersediaan bambu harus diperhatikan secara serius karena saat ini pada umumnya bambu masih dibudidayakan masyarakat secara tradisional," katanya.
Terlebih, dalam kegiatan tersebut, pada hari kedua hingga keempat peserta mengikuti training di hutan bambu Bulaksalak yang merupakan lahan bekas galian tambang pasir Gunung Merapi, atau sejak 1997 mulai ditanami bambu oleh masyarakat hingga saat ini hampir 1,8 hektare dengan 35 jenis spesies bambu.
"Keberadaan hutan bambu Bulaksalak telah merubah kondisi ekologi di daerah itu dari lahan kritis hingga dapat dibudidayakan. Keberadaan bambu di sepanjang sungai yang merupakan hulu Sungai Opak juga telah membuat sungai tersebut tidak mengalami kekeringan, meski kemarau panjang," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia kegiatan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape, Agus Setyarso mengatakan, kegiatan tersebut didesain secara serius baik dari materi yang disampaikan kepada peserta maupun kompetensi yang diperoleh setiap peserta.
Menurut dia, lokasi training yang langsung berada di hutan bambu Bulaksalak juga memudahkan peserta menyerap materi yang tentang keanekaragaman bambu dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat akan menginisiasi desa wisata bambu.
Dengan mendatangkan petani bambu dari Kelompok Bambu Lestari, peserta dapat melakukan wawancara untuk menggali informasi lebih mendalam.
"Kemampuan peserta menjadi seorang trainers diuji melalui presentasi hasil diskusi kelompok, presentasi individu, dan microteaching di hari terakhir. Terdapat 15 kompetensi yang diujikan, dan peserta yang mengikuti keseluruhan training mendapat sertifikat peserta 38 jam pelajaran," katanya.
Sementara itu, peserta dari salah satu universitas di Malaysia Khalina mengatakan apresiasi atas kegiatan tersebut, karena di negaranya pemanfaatan bambu belum seperti di Indonesia dan juga ahli-ahli pengolahan bambu masih belum banyak.
"Saat ini saya juga mengajak beberapa staf untuk mengikuti training ini dan mempelajari penyelenggaraan training seperti ini. Harapannya kami dapat mereplikasi acara pelatihan seperti ini untuk bisa diselenggarakan di Malaysia," katanya.
Baca juga: Kemenkop inisiasi Hutan Bambu G20 di Nusa Dua
Baca juga: Peneliti: Hutan bambu Tana Toraja mendesak dilestarikan
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023