Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyuarakan budaya atau peradaban Pasar Terapung Kuin, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan melalui Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 karena terancam punah.
"PKN mengumpulkan wacana-wacana permasalahan sosial masyarakat yang berkaitan dengan kebudayaan untuk disuarakan dan dibahas dalam kongres," kata Humas Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kemendikbudristek Darmawati di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Haris Ilham janji bakal tata kembali Pasar Terapung Kuin
Pada PKN bertemakan "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan" tersebut menyoroti salah satu persoalan terkait kebudayaan Pasar Terapung Muara Kuin yang mulai luntur, padahal memiliki kaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Banjar.
Ia mengatakan fakta pada pertengahan abad ke-16, Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi Sungai Kuin dan Barito yang menjadi cikal bakal Kota Banjarmasin, sehingga tumbuh pesat perdagangan di tepi sungai tersebut.
Mengingat posisinya berada di pertemuan beberapa anak sungai, pasar itu berkembang secara alami. Selain orang Kuin, para pedagang juga berasal dari daerah Tamban, Anjir, Alalak, dan Berangas.
Seiring perkembangan zaman, praktik baik yang dibangun melalui peradaban Pasar Terapung Kuin saat ini kian menyusut, dibuktikan dengan hilangnya budaya akad transaksional perdagangan, hilangnya budaya barter barang dagangan, dan kerusakan lingkungan.
Hal lain yang juga penting disuarakan dalam kegiatan itu, kata Darmawati, adalah perpindahan konsumen pasar dari ekosistem sungai ke pasar darat yang ada di sepanjang bantaran.
Baca juga: Pemkot bakal pindahkan Pasar Terapung ke Kuin
Pasar Terapung Kuin di Banjarmasin merupakan salah satu tempat yang muncul karena keberadaan berbagai sungai di banyak wilayah lain yang terhubung dengan Banjarmasin.
Para pedagang dan pembeli di tempat itu menggunakan perahu kecil atau "jukung" (sebutan untuk perahu dalam bahasa banjar) untuk membawa dan jual beli sayur mayur, maupun hasil kebun dari beberapa kampung sepanjang aliran Sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Pasar tradisional yang dibuka pada waktu subuh hingga selepas pukul 07.00 WITA itu memiliki keistimewaan berupa transaksi barter para pedagang atau yang dikenal dengan sebutan "bapanduk".
Sebagai perayaan nasional yang diadakan Kemendikbudristek, kata Darmawati, PKN 2023 menghadirkan semangat pengenalan praktik baik kebudayaan yang diramu dalam serangkaian kegiatan sebagai wadah kolektif yang melibatkan berbagai aspek lingkungan dan unsur, mulai dari pegiat budaya hingga masyarakat.
Rangkaian PKN 2023 disiapkan oleh delapan kuratorial, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project.
Persoalan yang disuarakan dalam kegiatan itu, kata Darmawati, diangkat dalam agenda Kongres di Oktober 2023 yang melibatkan pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh solusi.
Baca juga: Pasar Terapung Kuin Banjarmasin terancam musnah
Seniman Madihin sekaligus tokoh masyarakat setempat Ahmad Sya'rani mengatakan jumlah pedagang yang bertahan saat ini berkisar belasan perahu. Jumlah itu menyusut dalam kurun 26 tahun terakhir yang mencapai puluhan pedagang.
"Ada kekhawatiran Pasar Terapung Kuin ini menghilang. Sekarang lebih banyak pembeli yang berpindah ke darat karena jalur infrastruktur di sekitar kawasan yang sudah menghubungkan setiap sisi bantaran sungai," katanya.
Selain itu, pengerasan lahan bantaran dari semula lahan gambut menjadi beton juga membawa perubahan tata ruang yang signifikan. Banyak pedagang yang semula membuka usaha di perahu, berpindah menggunakan bangunan kios di daratan.
"Perubahan zaman ini sesuatu yang baik dan tidak bisa dihindari. Tapi kami ingin semua praktik baik dalam peradaban Pasar Terapung Kuin tetap harus dipertahankan," katanya.
Baca juga: P3E Dukung Banjarmasin Jadi Kota Sungai Terindah
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PKN 2023 suarakan lunturnya kebudayaan Pasar Terapung Kuin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"PKN mengumpulkan wacana-wacana permasalahan sosial masyarakat yang berkaitan dengan kebudayaan untuk disuarakan dan dibahas dalam kongres," kata Humas Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kemendikbudristek Darmawati di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Haris Ilham janji bakal tata kembali Pasar Terapung Kuin
Pada PKN bertemakan "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan" tersebut menyoroti salah satu persoalan terkait kebudayaan Pasar Terapung Muara Kuin yang mulai luntur, padahal memiliki kaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Banjar.
Ia mengatakan fakta pada pertengahan abad ke-16, Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi Sungai Kuin dan Barito yang menjadi cikal bakal Kota Banjarmasin, sehingga tumbuh pesat perdagangan di tepi sungai tersebut.
Mengingat posisinya berada di pertemuan beberapa anak sungai, pasar itu berkembang secara alami. Selain orang Kuin, para pedagang juga berasal dari daerah Tamban, Anjir, Alalak, dan Berangas.
Seiring perkembangan zaman, praktik baik yang dibangun melalui peradaban Pasar Terapung Kuin saat ini kian menyusut, dibuktikan dengan hilangnya budaya akad transaksional perdagangan, hilangnya budaya barter barang dagangan, dan kerusakan lingkungan.
Hal lain yang juga penting disuarakan dalam kegiatan itu, kata Darmawati, adalah perpindahan konsumen pasar dari ekosistem sungai ke pasar darat yang ada di sepanjang bantaran.
Baca juga: Pemkot bakal pindahkan Pasar Terapung ke Kuin
Pasar Terapung Kuin di Banjarmasin merupakan salah satu tempat yang muncul karena keberadaan berbagai sungai di banyak wilayah lain yang terhubung dengan Banjarmasin.
Para pedagang dan pembeli di tempat itu menggunakan perahu kecil atau "jukung" (sebutan untuk perahu dalam bahasa banjar) untuk membawa dan jual beli sayur mayur, maupun hasil kebun dari beberapa kampung sepanjang aliran Sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Pasar tradisional yang dibuka pada waktu subuh hingga selepas pukul 07.00 WITA itu memiliki keistimewaan berupa transaksi barter para pedagang atau yang dikenal dengan sebutan "bapanduk".
Sebagai perayaan nasional yang diadakan Kemendikbudristek, kata Darmawati, PKN 2023 menghadirkan semangat pengenalan praktik baik kebudayaan yang diramu dalam serangkaian kegiatan sebagai wadah kolektif yang melibatkan berbagai aspek lingkungan dan unsur, mulai dari pegiat budaya hingga masyarakat.
Rangkaian PKN 2023 disiapkan oleh delapan kuratorial, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project.
Persoalan yang disuarakan dalam kegiatan itu, kata Darmawati, diangkat dalam agenda Kongres di Oktober 2023 yang melibatkan pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh solusi.
Baca juga: Pasar Terapung Kuin Banjarmasin terancam musnah
Seniman Madihin sekaligus tokoh masyarakat setempat Ahmad Sya'rani mengatakan jumlah pedagang yang bertahan saat ini berkisar belasan perahu. Jumlah itu menyusut dalam kurun 26 tahun terakhir yang mencapai puluhan pedagang.
"Ada kekhawatiran Pasar Terapung Kuin ini menghilang. Sekarang lebih banyak pembeli yang berpindah ke darat karena jalur infrastruktur di sekitar kawasan yang sudah menghubungkan setiap sisi bantaran sungai," katanya.
Selain itu, pengerasan lahan bantaran dari semula lahan gambut menjadi beton juga membawa perubahan tata ruang yang signifikan. Banyak pedagang yang semula membuka usaha di perahu, berpindah menggunakan bangunan kios di daratan.
"Perubahan zaman ini sesuatu yang baik dan tidak bisa dihindari. Tapi kami ingin semua praktik baik dalam peradaban Pasar Terapung Kuin tetap harus dipertahankan," katanya.
Baca juga: P3E Dukung Banjarmasin Jadi Kota Sungai Terindah
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PKN 2023 suarakan lunturnya kebudayaan Pasar Terapung Kuin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023