Tanjung, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan telah membentuk Siswa Pemantau Jentik (Sismantik) di 22 Sekolah Dasar sebagai salah satu upaya pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah ini.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Akhmad Rivai di Tanjung, Kamis mengatakan, pemantauan jentik oleh anak sekolah dasar dilaksanakan di Kecamatan Tanjung dan Murung Pudak.
"Pelatihan untuk siswa pemantau jentik sudah kita laksanakan di 22 sekolah dengan harapan bisa membantu pengendalian DBD di Tabalong," jelas Rivai.
Selain melibatkan siswa Sekolah Dasar untuk kegiatan pemantau jentik, Dinas Kesehatan setempat juga membentuk juru pemantau jentik (jumantik) di seluruh kecamatan.
Upaya pengendalian DBD di wilayah ini juga dilakukan melalui Sistem Kewaspadaan Dini di Sekolah Dasar, program 4 M Plus dan pengasapan (Fogging) serta penyuluhan.
Mengingat tingginya penderita DBD di `Bumi Saraba Kawa` ini yang mencapai 561 kasus dengan empat kasus meninggal dunia.
Tahun sebelumnya tercatat sebanyak 468 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak enam orang, jelas Rivai.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong juga melakukan monitoring evaluasi pemantauan jentik berkala dan pelatihan pengenalan penggunaan alat fogging bagi kader pengasapan di Kabupaten Tabalong.
Dengan tujuan mengevaluasi kegiatan pemantauan jentik berkala serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader jumantik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Akhmad Rivai di Tanjung, Kamis mengatakan, pemantauan jentik oleh anak sekolah dasar dilaksanakan di Kecamatan Tanjung dan Murung Pudak.
"Pelatihan untuk siswa pemantau jentik sudah kita laksanakan di 22 sekolah dengan harapan bisa membantu pengendalian DBD di Tabalong," jelas Rivai.
Selain melibatkan siswa Sekolah Dasar untuk kegiatan pemantau jentik, Dinas Kesehatan setempat juga membentuk juru pemantau jentik (jumantik) di seluruh kecamatan.
Upaya pengendalian DBD di wilayah ini juga dilakukan melalui Sistem Kewaspadaan Dini di Sekolah Dasar, program 4 M Plus dan pengasapan (Fogging) serta penyuluhan.
Mengingat tingginya penderita DBD di `Bumi Saraba Kawa` ini yang mencapai 561 kasus dengan empat kasus meninggal dunia.
Tahun sebelumnya tercatat sebanyak 468 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak enam orang, jelas Rivai.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong juga melakukan monitoring evaluasi pemantauan jentik berkala dan pelatihan pengenalan penggunaan alat fogging bagi kader pengasapan di Kabupaten Tabalong.
Dengan tujuan mengevaluasi kegiatan pemantauan jentik berkala serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader jumantik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016