Dokter Puskesmas Tamban Catur dr. Agnes Zipora Nababan terus memberikan edukasi ke masyarakat terutama kaum wanita dalam langkah pencegahan kanker serviks melalui skrining papsmear.

"Deteksi dini kanker serviks sangatlah penting, dapat dilakukan melalui IVA dan papsmear," katanya kepada ANTARA, Rabu.

Dijelaskan dia, tes papsmear dapat dilakukan menggunakan dua cara, yaitu tes papsmear konvensional, dan yang kedua  dengan metode Liquid Based Preparation.

Baca juga: Kemenkes: Vaksinasi wajib cegah kanker sasar siswi kelas 5 dan 6 SD

Tes papsmear dengan metode konvensional merupakan tes yang relatif murah dan cukup efektif untuk mendiagnosis kanker serviks sejak dini.

Sedangkan tes dengan Liquid Based Preparation menggunakan base khusus untuk fiksasi sitologinya, harganya lebih mahal dibandingkan metode konvensional namun sediaan preparate yang dihasilkan lebih jernih dan jelas, bahkan dapat mendeteksi DNA HPV.

Jika didapat hasil pembacaan papsmear yang normal tetap diperlukan pemeriksaan berkala setidaknya satu tahun sekali, namun jika didapatkan hasil yang abnormal berupa infeksi maka dilakukan pengobatan untuk inflamasi atau peradangannya.

Apabila didapatkan tanda ke arah kanker serviks baik pra kanker ringan, sedang, maupun berat, maka perlu dirujuk ke dokter spesialis kandungan, dan perlu dilakukan evaluasi papsmear ulang 3 hingga 6 bulan berikutnya.

Baca juga: Lestari: Upaya preventif masif cegah kanker payudara usia muda

Agnes menyatakan menghindari faktor resiko menjadi langkah penting untuk mencegah penyakit ini seperti setia terhadap pasangan, memenuhi kebutuhan nutrisi dan menerapkan gaya hidup sehat.

"Karena akan lebih baik ialah mencegah
dari pada mengobati," tegasnya menekankan.

Agnes menjelaskan pula kanker serviks adalah jenis kanker kedua yang paling umum pada perempuan setelah kanker payudara, dialami lebih dari 1,4 juta perempuan di dunia.

Data dari the Global Cancer Observatory, tahun 2020 menyebutkan setidaknya 36.633 kasus kanker serviks baru di Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian serius untuk dapat melakukan tindakan promotif dan prefentif untuk menekan kejadian ini.

Baca juga: Cegah kanker payudara dengan pemeriksaan gen BRCA 1 & 2

Penelitian menunjukkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus) yang umumnya menular melalui hubungan seksual.

Virus HPV yang diidentifikasi oleh World Health Organization (WHO) sebanyak 12 tipe yang bersifat onkogenik, yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59.

Namun 2 tipe yang paling sering menyebabkan terjadinya kanker serviks adalah HPV tipe 16
dan 18.

Infeksi HPV sering kali tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda infeksi yang paling umum adalah bintik-bintik kecil berwarna merah muda yang muncul di sekitar kelamin dan terasa gatal atau panas seperti terbakar.

Perjalanan penyakit ini cenderung lambat bisa 10 hingga 20 tahun sejak adanya lesi pra-kanker.

Bila telah menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding), perdarahan saat berhubungan intim dan keputihan.

"Kebanyakan pasien datang memeriksakan diri saat stadium kankernya sudah lanjut," ujar Agnes.

Dokter Puskesmas Tamban Catur dr. Agnes Zipora Nababan saat memberikan edukasi ke para wanita dalam langkah pencegahan kanker serviks melalui skrining papsmear. (ANTARA/Firman)

Hal ini akan mempengaruhi prognosis kanker yang semakin memburuk seiring perkembangan penyakitnya.

Walaupun jarang terjadi, sebagian lesi prakanker bisa menjadi kanker dalam waktu 1 atau 2 tahun.

Dari setiap 1 juta wanita yang terinfeksi, 10 persen (sekitar 100.000) akan berkembang menjadi prakanker leher rahim.

Baca juga: 8 manfaat lengkuas, dari cegah kanker hingga mengontrol asma

Perubahan prakanker ini seringkali terjadi pada wanita usia 30 hingga 40 tahun.

Menikah dengan riwayat berganti-ganti pasangan, menikah usia kurang dari 20 tahun, kebiasaan merokok, serta multiparitas juga dilaporkan menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks.

Adapun deteksi dini lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode Inspeksi visual asetat (IVA), papsmear dan test DNA HPV.

Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan sebagai skrinning, sedangkan pemeriksaan histopatologi sebagai konfirmasi diagnostik.

Baca juga: Mengandung polifenol, talas bermanfaat cegah kanker

Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa upaya pencegahan deteksi dini kanker servik dengan adanya pogram vaksinasi HPV grastis untuk mencegah angka pengidap kanker serviks pada wanita.

Vakin HPV diberikan kepada anak perempuan kelas 5 dan 6 SD. Tahun ini diberikan secara merata di 34 Provinsi di Indonesia

Selain vaksinasi, pencegahan kanker servik dapat dilakukan dengan tes papsmear.

Saat ini Kemenkes tengah menyiapkan program pemeriksaan kanker servik menggunakan metode HPV DNA test dilakukan masih di lima kota di Provinsi DKI Jakarta, yaitu Jakarta pusat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara dan Jakarta Timur.

Tes papsmear dapat dilakukan oleh tenaga ahli seperti dokter dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun rumah sakit.

Pembacaan hasil papsmear ini dilakukan oleh dokter Spesialis Patologi Anatomi dan merupakan jenis pemeriksaan sitologi yang pembacaannya relatif singkat.

Baca juga: Prilly Latuconsina giat kampanyekan vaksin cegah kanker serviks

Pewarta: Firman

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023