Pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengatakan jika mudik menggunakan sepeda motor masih menjadi solusi terbaik di masyarakat mengingat transportasi publik dinilai tarifnya relatif mahal serta ketersediaan kapasitas muat sangat terbatas.

"Keselamatan transportasi publik pun belum terjamin dengan baik, terbukti masih banyaknya kecelakaan transportasi publik di jalan raya," kata dia kepada ANTARA di Banjarmasin, Rabu.

Baca juga: Arus mudik lebaran di Pelabuhan Batulicin normal

Menurut dia, mahalnya tarif transportasi publik di Indonesia disebabkan harga bahan bakar minyak tinggi, harga dan pajak onderdil yang sangat tinggi dibanding dengan negara-negara di ASEAN dan bahkan di dunia. 

Kemudian iklim usaha yang kurang kondusif dengan banyaknya ekonomi biaya tinggi mulai pungutan dari oknum hingga seringnya perbaikan suku cadang transportasi publik akibat jalan raya di Indonsia banyak yang rusak.

"Belum lagi aksi pelemparan batu kepada transportasi publik yang marak terjadi, ini semua memunculkan ekonomi biaya tinggi yang dibebankan kepada tarif angkutan," jelas alumnus Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Penumpang di terminal pun masih sulit untuk bisa menghindar dari calo bahkan aksi kejahatan seperti copet dan penipuan termasuk aksi premanisme.
Ditambah lagi jalur jalur transportasi publik masih belum bisa terkoneksi dengan baik dan belum memenuhi sampai ke tempat tujuan yang diinginkan oleh masyarakat sebagai konsumen transportasi publik.

Sebagaimana prediksi pemerintah jika jumlah pemudik tahun ini sekitar 123 juta orang dengan ketersediaan bus sesuai dengan data Kementerian Perhubungan hanya 213 ribu maka dinilainya BHS tidak cukup untuk bisa mengantisipasi total pemudik yang ada.

Baca juga: Amankan jalur Trans Kalimantan, Polres Tapin dirikan pos arus mudik

Maka dari itu, anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini menilai kendaraan pribadi termasuk roda dua masih menjadi pilihan terbaik dan andalan bagi masyarakat terutama bagi mereka yang tidak mempunyai mobil.

BHS pun mengaku tidak setuju larangan mudik Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah dengan menggunakan sepeda motor seperti diusulkan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat kepada pemerintah dengan asumsi sepeda motor dikategorikan sebagai paling berisiko dan rentan kecelakaan.

Dia menyebut pernyataan itu keliru karena tidak berdasar data dan fakta di lapangan.

BHS mengutip data Polri tahun 2022 jumlah sepeda motor di Indonesia 125,3 juta unit dan apabila dalam satu hari mereka berjalan 5 trip perjalanan berarti ada 625 juta trip tiap hari atau 225 miliar trip setiap tahun.
Sedangkan sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) kecelakaan lalu lintas yang ada di Indonesia tahun 2022 sebanyak 6.700 kasus dengan 452 korban meninggal dunia.

Jumlah itu, kata BHS, relatif sangat kecil prosentasenya bila diasumsikan 70 persen jumlah kecelakaan adalah sepeda motor, berarti sepeda motor menyumbangkan kecelakaan 4.200 kasus dan 316 tewas.

Artinya, relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah trip pertahunnya, sehingga bisa dikatakan sepeda motor adalah transportasi yang paling aman di Indonesia bahkan di dunia karena rasio kecelakaan dibanding trip hanya 0,0000000186 persen.

BHS membandingkan kasus kecelakaan angkutan udara yang dinilai sebagai transportasi publik teraman di dunia, rasio kecelakaannya menurut data psbr.law 6,84 jam dari 100 ribu jam berarti rasionya sebesar 0,0684 persen atau 684 per sepuluh ribu persen.

"Berarti dapat dikatakan angkutan sepeda motor di Indonesia jauh lebih aman dan selamat daripada transportasi publik udara yang dikatakan teraman di dunia," paparnya.

Oleh karena itu, dia menyebut pemerintah tidak pro rakyat kecil jika usulan pelarangan mudik dengan menggunakan sepeda motor dipaksakan untuk diberlakukan.

Baca juga: Jalan Trans Kalimantan di Tapin siap sambut arus mudik Lebaran

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023