Kelompok seni "Kurung-Kurung Hantak" dari Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi, Balangan, Kalimantan Selatan, bertekad melestarikan seni dan budaya masyarakat Dayak Meratus.

"Seni dan budaya masyarakat adat Dayak Meratus di kabupaten itu cukup beragam," kata ketua kelompok seni itu, Mardi, di Balangan, Kamis.

Ia menjelaskan Kurung-Kurung Hantak adalah salah satu kesenian yang saat ini nyaris tidak dimainkan lagi oleh orang Dayak.

"Seni Kurung-Kurung Hantak adalah permainan yang menghasilkan bunyi-bunyian seperti musik yang dimainkan oleh masyarakat adat Dayak Meratus saat melakukan aktivitas bercocok tanam," katanya.

Alat yang digunakan adalah sebatang bambu yang pada ujungnya dibentuk sedemikian rupa menyerupai alat musik angklung dan pada ujung lainnya diberi pasak dari kayu.


Ujung tongkat bambu yang diberi pasak kayu berfungsi membuat lubang pada tanah untuk memasukkan bibit padi saat aktivitas bercocok tanam.


Ketika tongkat bambu dihentakkan ke tanah untuk membuat lubang akan tercipta sebuah nada yang bila dilakukan secara bergantian oleh beberapa orang akan menciptakan irama yang indah.


"Saat ini Kurung-Kurung Hantak telah mengalami pergeseran dan tidak pernah lagi dimainkan oleh masyarakat adat Dayak Meratus ketika bercocok tanam, sehingga hanya menjadi objek kesenian," katanya.


Dari beberapa wilayah kecamatan di Balangan yang dihuni oleh masyarakat adat Dayak Meratus, Kurung-Kurung Hantak hanya dimainkan di Kecamatan Tebing Tinggi dan hal itupun karena adanya kelompok seni tersebut.


"Melestarikan kesenian Kurung-Kurung Hantak tidak mudah karena tidak dapat dijual sehingga menghasilkan uang bagi pelakunya seperti kesenian lain," tambahnya.


Kesenian Kurung-Kurung Hantak saat ini memang nyaris tidak di kenal lagi oleh masyarakat adat Dayak Meratus sendiri, terlebih masyarakat di luar Dayak.


Kelompok seni itu sendiri hanya sekali-sekali melakukan pementasan, biasanya saat perayaan hari jadi kabupaten atas undangan dan permintaan pemerintah daerah setempat./adi*C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011