Kotabaru (Antaranews Kalsel) - Industri semen "Tiga Roda" PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, menggelar pelatihan pertanian hidroponik atau cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah.


"Pelatihan diperuntukkan bagi petani di desa binaan dengan harapan mereka bisa menjadi pelopor atau contoh dalam budidaya pertanian dengan metode hidroponik yang memanfaatkan lahan tidak luas namun tetap produktif," kata SSECSR Dept Head Indocement Teguh Iman Basoeki di Kotabaru, Selasa.

Dia mengatakan, pelatihan ini akan dimonitor implementasi di masing-masing peserta, sehingga diharapkan semua peserta dapat secara mandiri dan berkelanjutan melakukan pertanian dengan hidroponik.

Untuk mendorong dan memberikan semangat kepada peserta diberikan satu set paket pertanian hidroponik untuk dipraktekkan di tempat tinggal masing-masing peserta.

Menurut Teguh, nilai ekonomis dari pertanian hidroponik diharapkan menjadi nilai tambah dan alternatif pendapatan bagi masyarakat yang menjalankan pertanian sistem bercocok tanam tanpa media tanah.

"Pelatihan pertanian sistem hidroponik ini merupakan realisasi dari pilar pendidikan dan pilar ekonomi, dua dari lima pilar yang mendasari program bina lingkungan sebagai bagian dari program CSR," terang Teguh.

Pelatihan ini juga merupakan upaya untuk menciptakan unit-unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang pertanian di desa binaan dan aplikasinya kepada 10 desa binaan sekitar operasional pabrik untuk dikembangkan.

Desa binaan Indocement yakni, Desa Tarjun, Langadai, Serongga, Tegalrejo dan Pulau Panci (Kecamatan Kelumpang Hilir), Sidomulyo, Simpang Tiga, Sungai Kupang dan Cantung Kiri Hilir (Kecamatan Kelumpang Hulu) dan Sungai Dua Kecamatan Batulicin.

Instruktur pelatihan hidroponik dari Banjarbaru Yudhi Khohitu mengemukakan peserta dibekali dengan materi pelatihan berkaitan dengan pengenalan sistem hidroponik, jenis-jenis hidroponik, cara bertanam hidroponik, peluang bisnis hidroponik dan perhitungan laba rugi.

"Sistem hidroponik menggunakan media air dan nutrisi tanaman serta peralatan penunjangnya, sedangkan sistem konvesional dengan media tanah," tambahnya.

Kelebihannya praktis, hemat lahan, umur panen lebih cepat, tanaman lebih segar dan bebas pestisida.

Hidroponik modal awal lebih besar tetapi mempunyai umur pakai sampai 10 tahun dan modal produksi lebih rendah dari yang konvensional pastinya dilihat dari hasil produksinya lebih baik, lebih banyak dan lebih cepat.

"Setelah menguasai teknis, peserta mempraktekkan metode hidroponik baik untuk keperluan keluarga maupun untuk memasarkan hasil tanaman, dan akan terus kita kawal melalui konsultasi jarak jauh, pelatihan lanjutan maupun pengecekan di lapangan secara berkala," tambahnya.

Seorang peserta pelatihan Siti Arbayah menyatakan, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena bisa memanfaatkan waktu senggang dan pekarangan yang dimiliki.

"Kami bersyukur dengan pelatihan ini saya dapat langsung tanya jawab dan diskusi karena sebelumnya kami tidak mengetahuinya sama sekali, dan dengan itu juga kami dapat memahami dan saya kira dapat diterapkan. Intinya, kami siap menggunakan model bertani sistem Hidroponik karena mudah dan tidak menggunakan lahan yang luas," ucapnya.

Kepala Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Muhammad Yasa menyambut baik pelatihan hidroponik karena sangat berguna bagi masyarakat.

"Setelah mendapatkan pengetahuan tentang bertani sistem hidroponik, saya yakin warga kami dapat mempraktekkannya dan sistem itu tidak memerlukan lahan yang luas," ungkapnya.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016