Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Ketua Komunitas Sabahat Bekantan Indonesia (SBI) Kalimantan Selatan Amelia Rezeki mengatakan, mereka akan melepas bekantan ke habitatnya atau alam bebas menandai peringatan dau tahun hari satwa tersebut.


"Insya Allah kami menggelar berbagai kegiatan menandai peringatan dua tahun Hari Bekantan pada 27 Maret 2016," ujarnya usai bertemu Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Hj Noormiliyani di Banjarmasin, Kamis.

Aktivis lingkungan atau penyayang bekantan (kera hidung panjang) dari perempuan itu mengatakan, pihaknya bersama pecinta lingkungan lainnya juga akan menanam pepohonan yang buahnya menjadi makanan bekantan.

Selain itu, memberikan perhargaan kepada pecinta atau penyayang bekantan (nasalis larvatus) yang merupakan satwa langka serta mendapat perlindungan dari perundang-undangan Republik Indonesia.

Mengenai penyusutan populasi bekantan di Pulau Kalimantan atau Kalsel khususnya, karena ulah manusia, seperti melakukan perburuan dan perusakan habitat primata tersebut antara lain pembukaan lahan perkebunan.

Perkiraan penyusutan populasi bekantan di Pulau Kalimantan hingga kini hanya tinggal sekitar delapan ribu ekor, demikian Amalia didampingi Ketua Kaukus Lingkungan Hidup dan Kehutanan DPRD Kalsel Zulfa Asma Vikra.

Sementara data dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya dan Ekosistem (KSDE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam 30 tahun terakhir populasi bekantan menyusut hingga 50 persen.

Selain Kaukus Lingkungan Hidup dan Kehutanan DPRD Kalsel di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut juga ada komunitas Jurnalis Peduli Bekantan ketuanya Nanik Hayati dari CCN Indonesia.

Pemerintah provinsi (Pemprov) Kalsel sejak lama menjadikan maskot fauna dan flora yaitu bekantan serta buah "kasturi" (Delmy Manggevira).

Penamaan pohon/buah langka kasturi itu dari nama Prof Anwari Delmy, Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin yang mengenalkan ke luar negeri antara lain Australia dan salah satu bahan kajian almarhum ketika studi di Perancis.

Pewarta: Sukarli

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016