Muara Teweh, (Antara) - Masyarakat di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah merasakan suasana gelap saat terjadi gerhana matahari total.

         
"Meski kita ini tidak termasuk daerah yang dilintasi atau terjadinya gerhana matahari total, namun dampaknya juga terasa dengan langit berwarna gelap seperti  malam dan mau turun hujan," kata seorang warga Muara Teweh, Tarmiji, Rabu.

Saat itu juga, sejumlah anak-anak dan remaja keluar dari  Langgar  Al-Huda di Jalan Semoga Indah yang ketika itu sedang selesai mengikuti shalat gerhana atau shalat kusuf dan ketika  khatib, Mukhayat sedang menyampaikan tausiyahnya.

Anak-anak itu mengabadikan dengan kamera handphone saat sinar matahari tertutup sekitar pukul 07:30 WIB hanya beberapa menit, setelah itu matahari secara perlahan mulai bersinar terang, sambil mengucapkan Allahu Akbar sebagai tanda kebesaran Allah SWT atas ciptaanNya.

Bahkan dalam melihat pFnomena gerhana matahari itu warga tanpa menggunakan kacamata khusus, namun ada juga yang menggunakan kacamata hitam biasa serta menggunakan potongan kecil film roll.

"Mungkin karena bukan kota lintasan gerhana matahari total, sehingga masyarakat dapat melihat dengan mata telanjang," ujar warga lainnya, Hartoyo.

Sejumlah masjid dan mushala di Muara Teweh menggelar shalat gerhana yang dimulaio pukup 06.30 WIB yang diiktui ratusan warga setempat.

Gerhana matahari total di wilayah Kalimantan Tengah melintasi dua kota yakni Palangka Raya dan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, untuk Kota Palangka Raya dengan durasi gerhana total selama 2 menit 29 detik mulai gerhana total pukul 07:28 WIB bingga 08:46 WIB.Saat menjelang gerhana matahari totak Kota Palangka Raya sempat tertutup awan tebal.

Kemudian Sampit  durasi 2 menit 8 detik dengan gerhana matahari total mulai pukul 07:27 WIB  hingga 08:44 WIB di daerah itu  hujan deras sempat mengguyur kota tersebut./f

Pewarta: Kasriadi

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016