Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Selatan, Bimo Epyanto mengatakan hingga saat ini pelaku usaha yang menggunakan QRIS sebagai alat transaksi terus meningkat. 

"Di Kalsel sudah ada sekitar 250 ribu pelaku usaha menggunakan QRIS. Dibandingkan 2021, sudah ada peningkatan sekitar 25 persen," ujarnya di Banjarmasin, Rabu. 

Total palaku usaha pengguna QRIS itu, kata dia, ada yang dari pasar tradisional, pasar modern, hingga cafe. 

"UMKM juga masuk di situ (250 ribu)," ujarnya. 

Pihaknya, kata dia, tidak hanya akan dorong pelaku usaha namun juga konsumen atau masyarakat luar agar untuk menggunakan QRIS sebagai alat transaksi. 

"Karena dengan menggunakan QRIS transaksi dapat lebih cepat, mudah, murah dan handal. Dan juga menghindarkan masyarakat dari uang palsu," ujarnya. 

Secara nasional QRIS ini, kata dia, dilakukan sejak 17 Agustus 2019, namun di Kalsel pihaknya secara masif memperkenalkan sejak tahun 2020 lalu. 

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani mengatakan saat ini sudah ada delapan pasar tradisional  dan satu pasar modern yang menerapkan QRIS

"Target penerapan QRIS di pasar tradisional sudah melampaui target Bank Indonesia, yaitu tujuh pasar tradisional," terangnya. 

Tidak sampai di situ, kata dia, Pemerintah Provinsi Kalsel bersama BI akan terus kembangkan penerapan pembayaran non tunai melalui QRIS ini ke pasar tradisional lainnya di kabupaten kota. 

"Ya, hal itu mengingat manfaatnya yang sangat positif dalam bertransaksi," ujarnya. 

Terbaru ini, pemerintah bersama BI juga juga sudah meluncurkan sistem QRIS di Pasar Tungging Belitung Banjarmasin. 

Dari pernyataan Walikota Banjarmasin, pihaknya akan menerapkan QRIS ke 26 pasar tradisional secara bertahap, sekaligus mensosialisasikan nya kepada masyarakat luas. 


 

Pewarta: Muhammad Fauzi Fadilah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022