Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan Rusdi Hartono mengatakan saat ini, walaupun ada kenaikan harga BBM, harga ikan laut di tingkat pelabuhan mengalami penurunan.

"Penurunan ini terjadi karena banyaknya tangkapan hasil melaut oleh nelayan. Penurunan harga ini sifatnya sementara," ujarnya kepada ANTARA di Banjarmasin, Sabtu.

Misalnya, jenis ikan yang mendominasi pilihan konsumsi masyarakat di antaranya peda Rp35 ribu/kg turun Rp5.000, tongkol Rp12 ribu/kg turun Rp5.000 dan lajang keriting Rp14/kg turun Rp1.000.

Harga itu, kata dia, berdasarkan pantauan per 9 September di tingkat pelabuhan. Sedangkan nilai jual akan berbeda setelah keluar dari sentral ikan laut di pelabuhan Banjar Raya, karena pelaku usaha akan menyesuaikan dengan ongkos operasional distribusi.

"Kalau harga ikan ini unik. Sifatnya dinamis, setiap waktu bisa berubah. Terkait harga pasar di luar pelabuhan tergantung jarak dan kesepakatan antara penjual dan pembeli," ujarnya.

Sebagai gambaran, per 9 September itu hasil tangkapan dari wilayah nelayan Kalsel di laut Jawa dan Selat Makassar, kisaran totalnya peda 60 ton, lajang 40 ton dan tongkol 45 ton.

"Sebaran hasil laut itu dijual ke Kalimantan bagian selatan, tengah hingga barat," ujarnya.

Terkait kenaikan BBM, kata dia, ke depan akan berpotensi mempengaruhi nilai jual di tingkat nelayan hingga ke titik-titik pasar di luar pelabuhan.

Menyikapi hal tersebut, pihaknya berencana mengusulkan subsidi BBM untuk empat SPBN pelabuhan di Banjarmasin, Muara Kintap, Batulicin dan Kotabaru.

"Jumlah nelayan di Kalsel ada 26.026. Pengajuan yang bersumber dari APBD ini rencananya memberikan subsidi untuk membantu nelayan menyusul kenaikan harga BBM sekarang," jelasnya.

Berita terkaita: Nelayan di Kalsel dapat modal usaha agar produktif meski BBM naik
 

Pewarta: Muhammad Fauzi Fadilah

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022