Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan terbebas dari ancaman kekeringan meski  beberapa waktu di daerah tersebut tidak turun hujan.

"Syukur beberapa waktu lalu di daerah kami terjadi hujan, sehingga ancaman kekirangan akibat kemarau panjang tidak terjadi," kata Sekretaris Dinas Pertanian Pemkab Hulu Sungai Utara (HSU) Idwar Hadi di Amuntai, Jumat (12/8).

Menurut dia, kemarau panjang selama 2011 sempat membuat pihaknya khawatir bakal kembali mengganggu produksi padi di beberapa daerah terutama untuk daerah atas.

Namun, kata dia, dengan adanya guyuran hujan--kendati hanya satu hari--mampu mengatasi ancaman tersebut karena pengairan sawah bisa dilanjutkan dengan pompanisasi.

"Kita telah mengatasi kekurangan air sawah tersebut dengan cara memompa air sungai untuk dialirkan ke sawah, dan hal tersebut cukup berhasil," katanya.

Pompa yang berjumlah ratusan buah tersebut hasil bantuan dari pemerintah pusat, provinsi maupun daerah tersebut, kini berfungsi maksimal dan diharapkan akan mampu memaksimalkan proses tanam para petani.

Dibanding 2010, kata Idwar, produksi padi HSU diprediksi bisa naik hingga 300 persen bahkan lebih karena lahan pertanian yang bisa ditanami juga meningkat tajam.

Pada 2010, kata dia, lahan yang bisa ditanam hanya sekitar 8.950 hektare saja, karena sebagian besar lahan pertanian yang merupakan rawa-rawa tersebut terendam air.

Sedang pada 2011, kata dia, diperkirakan lahan pertanian yang bisa ditanam mencapai 30 ribu hektar dengan produksi per hektare hingga 5,6 ton. "Jadi berapa produksi kita tinggal mengalikan saja," katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Pemprov Kalsel Zainal Ariffin mengatakan, akibat kemarau panjang yang terjadi pada 2011, beberapa daerah di Kalsel terancam kekeringan.

Dengan demikian, pihaknya akan mengusahakan untuk dilakukan hujan buatan terutama untuk daerah-daerah yang kini sedang kekeringan seperti Kotabaru dan Tanah Bumbu.

Kemarau panjang juga menyebabkan permukaan air sungai di beberapa daerah di Kalsel menyusut sehingga menyebabkan beberapa air sungai kini terasa asin karena instrusi air laut.

Direktur Teknik PDAM Bandarmasih Yudha Ahmadi mengatakan, hasil pengukuran kadar garam di Sungai Bilu dalam dua hari terakhir mencapai 2.000 miligram per iter air. Padahal, kadar maksimal semestinya hanya 250 miligram per liter.

Kondisi tersebut menyebabkan suplai air ke pelanggan menurun hingga 10-15 persen. /B*C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011