Balai adat Desa Liyu Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan Sabtu (23/7) malam terlihat ramai dan dipadati sejumlah tokoh adat dan warga.

Dari dalam balai tampak puluhan sesajen hasil panen yang telah dimasak berjejer rapi di depan tokoh adat berpakaian khas Dayak Deah, sebagai persembahan kepada Sang Pencipta dan leluhur.

Mulai dari dodol, telur ayam, wajik, cingkaruk hingga ayam kampung bakar yang diikat pada bambu berisi lamang berhiaskan pelepah kelapa muda.

Di sudut kiri depan Ketua Adat Desa Liyu Aliancen komat kamit dengan bahasa khas setempat memimpin upacara permohon rasa syukur dan restu kepada para leluhur.

Permohonan restu dan rasa syukur pada Sang Pencipta atas hasil panen dari tokoh adat ini bagian dari ritual Besoyokng di Mesiwah Pare Gumboh keempat yang digelar warga Desa Liyu-Gunung Riut .

"Melalui tokoh adat kami menyampaikan rasa syukur atas panen tahun ini kepada Sang Pencipta," ungkap Romansyah satu warga Desa Liyu.

Romansyah (58) sendiri berasal dari Desa Halong namun kerabatnya banyak berasal dari Desa Liyu dan untuk keempat kalinya ia turut berpartisipasi dalam ritual Mesiwah Pare Gumboh di Desa Liyu-Gunung Riut secara serentak bersama warga lainnya. Lewat ritual Besoyokng Romansyah bersama puluhan warga lainnya menyampaikan rasa syukur dan permohonan doa agar hasil panen ke depan bisa melimpah.

 Sesajen yang telah selesai didoakan dan dipersembahkan kepada leluhur kemudiam dibagi-bagikan kepada pemiliknya dan dimakan bersama warga peserta ritual.

Dikemas dalam piring kaca sesajen berupa dodol, kue cucur, cingkaruk, lamang maupun ayam panggang disuguhkan ke seluruh warga yang hadir.

Ritual ini bagian dari tradisi budaya Mesiwah Pare Gumboh keempat yang dilaksanakan secara gotong-rotong oleh warga Desa Liyu-Gunung Riut.

Dalam Mesiwah Pare Gumboh ini ungkap M Andri WP dari Balai Pelestarian Budaya Kalimantan ada ekspresi kekuatan alam yang ditunjukkan masyarakat melalui ritual.

Baginya salah satu budaya Dayak Deah ini harus dipertahankan dan dikembangkan sebagai kebudayaan daerah.

"Jadikan Mesiwah Pare Gumboh ini sebagai ritual tradisi dan harus dipertahankan sebagai kekayaan budaya daerah," ungkap Andre saat mengikuti pembukaan MPG keempat, Sabtu (23/7).
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)
Andre melihat banyak dokumentasi yang sudah dilakukan Desa Liyu sebagai bukti adanya kemajuan di desa ini dengan melibatkan para pihak yang cukup banyak.

Termasuk peran serta PT Adaro Indinoseia yanh  terus berkomitmen mengembangkan kebudayaan Desa Liyu melalui program pembinaan dan pendampingannya.

Bahkan Desa Liyu kini masuk salah satu desa binaan Adaro yang masuk dalam program Pemajuan Kebudayaan Desa yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan.

 "Dari 64 desa binaan Adaro, lima desa masuk program Pemajuan Kebudayaan Desa termasuk Desa Liyu," jelas CRM Departemen Head Adaro,  Djoko Susilo.

Djoko pun menilai Mesiwah Pare Gumboh sebagai ungkapan rasa syukur warga Desa Liyu ini bisa jadi inspirasi bagi desa lain dalam bidang kebudayaan.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022