RSUD Datu Sanggul membuat program Gesit Kemesraan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Direktur RSUD Datu Sanggul dr Milhan mengatakan program tersebut selaras dengan Gerakan Sayang Ibu Turunkan Angka Kematian Dengan Misoprostol Rektal atau Anus.
"Inovasi ini berawal dari tesis saya, karena angka kematian AKI cukup tinggi. Selain itu, AKI merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan di suatu daerah. Maka, program seperti ini perlu untuk didorong," ujarnya, Senin.
Penyebab utama AKI, kata dia, karena pendarahan, berdasarkan data Dinas Kesehatan pada 2012-2016 kasus cukup tinggi.
Dirinci; 2012 ada 10 orang, 2013 ada tujuh orang, 2014 tiga orang, 2015 dan 2016 masing-masing enam orang.
Selanjutnya, pada 2017 ada 1 orang, 2018 ada enam orang, 2019 tiga orang, 2020 enam orang.
Sedangkan pada 2021 ada 10 orang, kata dr Milhan, di tahun itu rata-rata dikarenakan terpapar COVID-19.
"Pas 2022 ini ada satu orang," ujarnya.
Khusus untuk program Gesit Kemesraan, jelas dia, dapat diterapkan pada ibu bersalin secara normal maupun sesar untuk menurunkan pendarahan pasca melahirkan.
Lebih jelasnya, program tersebut juga dapat diterapkan oleh bidan, perawat kamar operasi, dokter umum, dokter spesialis kebidanan kandungan dan bagian apoteker.
"Jadi, tidak perlu lagi ada penambahan tenaga formal baru. Kegiatan inovatif ini sangat murah karena harga misoprostol per tablet hanya 6.600, dengan impact yang sangat besar,” ujarnya.
Penerapan program tersebut, kata dr Milhan, juga dapat mengurangi hari rawat inap pasien, sehingga berdampak pada biaya perawatan.
"Sebelum adanya inovasi ini proses persalinan diberikan standar dengan injeksi oksitosin setelah bayi lahir, dan masih ada perdarahan terutama kelompok hamil dengan darah tinggi, persalinan lama, dan persalinan dengan kehamilan yang sering," jelasnya.
Sebut dia, meskipun penggunaan oksitosin secara rutin dapat menurunkan pendarahan pasca persalinan, namun bukan obat yang aman untuk digunakan dalam preeklampsia, penyakit jantung, dan bedah sesar setelah partus lama.
"Obat itu memiliki inotropik negatif. Selain itu, ada efek anti-platelet dan anti-diuretik mungkin terjadi peningkatan denyut," jelasnya.
Baca juga: Dr Milhan terpilih jadi ketua IDI Tapin Kalsel
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Direktur RSUD Datu Sanggul dr Milhan mengatakan program tersebut selaras dengan Gerakan Sayang Ibu Turunkan Angka Kematian Dengan Misoprostol Rektal atau Anus.
"Inovasi ini berawal dari tesis saya, karena angka kematian AKI cukup tinggi. Selain itu, AKI merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan di suatu daerah. Maka, program seperti ini perlu untuk didorong," ujarnya, Senin.
Penyebab utama AKI, kata dia, karena pendarahan, berdasarkan data Dinas Kesehatan pada 2012-2016 kasus cukup tinggi.
Dirinci; 2012 ada 10 orang, 2013 ada tujuh orang, 2014 tiga orang, 2015 dan 2016 masing-masing enam orang.
Selanjutnya, pada 2017 ada 1 orang, 2018 ada enam orang, 2019 tiga orang, 2020 enam orang.
Sedangkan pada 2021 ada 10 orang, kata dr Milhan, di tahun itu rata-rata dikarenakan terpapar COVID-19.
"Pas 2022 ini ada satu orang," ujarnya.
Khusus untuk program Gesit Kemesraan, jelas dia, dapat diterapkan pada ibu bersalin secara normal maupun sesar untuk menurunkan pendarahan pasca melahirkan.
Lebih jelasnya, program tersebut juga dapat diterapkan oleh bidan, perawat kamar operasi, dokter umum, dokter spesialis kebidanan kandungan dan bagian apoteker.
"Jadi, tidak perlu lagi ada penambahan tenaga formal baru. Kegiatan inovatif ini sangat murah karena harga misoprostol per tablet hanya 6.600, dengan impact yang sangat besar,” ujarnya.
Penerapan program tersebut, kata dr Milhan, juga dapat mengurangi hari rawat inap pasien, sehingga berdampak pada biaya perawatan.
"Sebelum adanya inovasi ini proses persalinan diberikan standar dengan injeksi oksitosin setelah bayi lahir, dan masih ada perdarahan terutama kelompok hamil dengan darah tinggi, persalinan lama, dan persalinan dengan kehamilan yang sering," jelasnya.
Sebut dia, meskipun penggunaan oksitosin secara rutin dapat menurunkan pendarahan pasca persalinan, namun bukan obat yang aman untuk digunakan dalam preeklampsia, penyakit jantung, dan bedah sesar setelah partus lama.
"Obat itu memiliki inotropik negatif. Selain itu, ada efek anti-platelet dan anti-diuretik mungkin terjadi peningkatan denyut," jelasnya.
Baca juga: Dr Milhan terpilih jadi ketua IDI Tapin Kalsel
Baca juga: Capaian vaksinasi di Tapin rendah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022