Banjarmasin, Antaranews Kalsel - Kredit macet atau "non performing loan" (NPL) Bank Kalsel yang merupakan bank daerah Kalimantan Selatan mencapai lima persen dari total penyaluran kredit sekitar Rp8 triliun.

Direktur Utama Bank Kalsel Juni Rifat di Banjarmasin Jumat mengatakan, NPL tersebut merupakan angka tertinggi dibanding nilai kredit macet tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar 2-3 persen.

Menurut Juni, beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kredit macet tersebut antara lain adalah anjloknya harga beberapa komoditas andalan Kalsel seperti batubara, sawit dan karet.

Bank Kalsel mesti berhati-hati dalam penyaluran kredit, di tengah anjloknya harga batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Kredit macet memang sulit dihindari dengan kondisi perekonomian dunia yang terjadi saat ini," katanya.

Mengatasi hal tersebut, tambah dia, Bank Kalsel telah melakukan berbagai upaya untuk membantu nasabah tetap bisa memenuhi kewajibannya antara lain, restrukturisasi dan rekondisi, di mana kewajiban angsuran kredit disesuaikan dengan kemampuan nasabah.

Diharapkan melalui upaya-upaya tersebut, kredit macet yang kini mencapai lima persen, pada akhir tahun bisa turun menjadi menjadi maksimal empat persen.

"Kredit yang kami salurkan mencapai Rp8 triliun, sehingga nilai lima persen menjadi sangat besar," katanya.

 Tingginya nilai NPL tersebut, tambah dia, telah mempengaruhi pencapaian target penyaluran kredit pada 2015.

"Pencapaian target 2015 dipastikan akan mengalami gangguan, namun kami tetap berusaha tetap  menyentuh nilai 95 persen," kata Juni.

Sebelumnya, Juni juga mengungkapkan, Bank Kalsel juga telah memangkas target perolehan laba untuk tahun buku 2015 dari sebelumnya Rp329 miliar menjadi Rp308 miliar.


Pewarta: Herry Murdy Hermawan

Editor : Herry Murdy Hernawam


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015