Bursa Efek Indonesia (BEI) siap mendorong pasar modal Indonesia semakin tumbuh positif seiring dengan penguatan ekonomi nasional.
"Beberapa hal yang kami targetkan pada tahun 2022 di antaranya, pertama, asumsi rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp13,5 triliun," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Laksono melanjutkan, pihaknya juga memproyeksi jumlah pencatatan efek baru sebanyak 68 efek baru. Kemudian, dari sisi investor, Laksono mengharapkan ada jumlah penambahan investor baru sebanyak 30 persen dari 2021.
Baca juga: Airlangga berharap Presidensi G20 dan RCEP bisa dukung geliat pasar modal
Di samping itu, lanjut Laksono, sesuai Master Plan 2021-2025, tema pengembangan BEI tahun 2022 adalah “Memperluas Produk dan Partisipan, Meningkatkan Layanan Non-cash Equities”. Sehingga, ada beberapa inovasi BEI yang dampaknya akan nyata terlihat ke pasar.
"Seperti perlindungan Investor yang kontinu, yaitu implementasi Papan Pemantauan Khusus, sebagai lanjutan dari penerapan Daftar Efek dalam Pemantauan Khusus yang sebelumnya telah berlaku sejak Juli 2021, sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus," ujar Laksono.
Kemudian, lanjut Laksono, pihaknya juga akan melakukan peningkatan pencatatan efek, melalui Enhancement e-Registration dan e-IPO sesuai masukan pelaku pasar dan mempermudah penggunaan sistem tersebut kepada publik, serta peningkatan disclosure, melalui enhancement IDXNet dan XBRL.
Selain itu, Laksono menyampaikan, bursa mendukung penerapan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social and governance (ESG) pada tahun ini melalui pengembangan perdagangan karbon dan skoring ESG atas perusahaan tercatat di BEI yang bekerjasama dengan sustainalytics.
Baca juga: Tren pertumbuhan pasar modal diperkirakan berlanjut pada 2022
"Kemudian, peningkatan perdagangan EBUS (Efek Bersifat Utang dan Sukuk) melalui enhancement fitur SPPA (Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif) sesuai masukan Pengguna Jasa SPPA, serta peluncuran produk baru, di antaranya adalah waran terstruktur dan indeks-indeks baru," kata Laksono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Beberapa hal yang kami targetkan pada tahun 2022 di antaranya, pertama, asumsi rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp13,5 triliun," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Laksono melanjutkan, pihaknya juga memproyeksi jumlah pencatatan efek baru sebanyak 68 efek baru. Kemudian, dari sisi investor, Laksono mengharapkan ada jumlah penambahan investor baru sebanyak 30 persen dari 2021.
Baca juga: Airlangga berharap Presidensi G20 dan RCEP bisa dukung geliat pasar modal
Di samping itu, lanjut Laksono, sesuai Master Plan 2021-2025, tema pengembangan BEI tahun 2022 adalah “Memperluas Produk dan Partisipan, Meningkatkan Layanan Non-cash Equities”. Sehingga, ada beberapa inovasi BEI yang dampaknya akan nyata terlihat ke pasar.
"Seperti perlindungan Investor yang kontinu, yaitu implementasi Papan Pemantauan Khusus, sebagai lanjutan dari penerapan Daftar Efek dalam Pemantauan Khusus yang sebelumnya telah berlaku sejak Juli 2021, sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus," ujar Laksono.
Kemudian, lanjut Laksono, pihaknya juga akan melakukan peningkatan pencatatan efek, melalui Enhancement e-Registration dan e-IPO sesuai masukan pelaku pasar dan mempermudah penggunaan sistem tersebut kepada publik, serta peningkatan disclosure, melalui enhancement IDXNet dan XBRL.
Selain itu, Laksono menyampaikan, bursa mendukung penerapan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social and governance (ESG) pada tahun ini melalui pengembangan perdagangan karbon dan skoring ESG atas perusahaan tercatat di BEI yang bekerjasama dengan sustainalytics.
Baca juga: Tren pertumbuhan pasar modal diperkirakan berlanjut pada 2022
"Kemudian, peningkatan perdagangan EBUS (Efek Bersifat Utang dan Sukuk) melalui enhancement fitur SPPA (Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif) sesuai masukan Pengguna Jasa SPPA, serta peluncuran produk baru, di antaranya adalah waran terstruktur dan indeks-indeks baru," kata Laksono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022