Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah melalui industri klaster Anpulung atau kerajinan anyaman purun dan ilung di Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pemasaran produk UMKM tersebut.


Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan di Banjarmasin Kamis mengatakan, melalui program klaster tersebut, diharapkan para pengrajin bisa lebih meningkatkan kualitas kerajinannya.

Melalui Program klaster Anpulung, para pengrajin mendapat bantuan beberapa unit mesin jahit untuk anyaman purun serta bantuan dari Kementerian Daerah Tertinggal.

Salah satu kelompok pengrajin yang mendapatkan program klaster adalah KUB Kembang Ilung, yang kini telah memasuki tahun ketiga pelaksanakan program Kluster Anpulung.

Salah seorang anggota KUB Kembang Ilung, Supian Noor, kini sudah bisa memenuhi 1.500 unit produk kerajinan yang dipesan dengan keuntungan kotor per bulan hingga Rp30 juta.

"Kita tidak lagi menerima pesanan dalam bentuk produk kerajinan setengah jadi sehingga harga jual produk bisa ditingkatkan," terangnya.

Sepuluh tahun yang lalu, kata Yannor, mungkin tidak akan menyangka tanaman liar yang banyak tumbuh disekitar rumahnya di Desa Banyu Hirang Kecamatan Amuntai Selatan ternyata mampu mengantarkannya jadi jutawan.

Tanaman ilung atau eceng gondok mengubah hidupnya dari seorang tani nelayan biasa menjadi pengusaha perajin anyaman purun dan ilung yang mengkoordinir puluhan perajin di enam desa di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Supian Noor, semula hanya iseng memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk dibuat produk kerajinan, berbekal pengetahuan yang dapat dari internet, ayah satu anak ini mulai mengolah kerajinan dari bahan tanaman ini.

Ia berpikir, bahan baku tanaman eceng gondok yang melimpah di lingkungan tempat tinggalnya sayang jika tidak dimanfaatkan, apalagi dirinya sudah tahu jika tanaman eceng gondok bisa diolah menjadi bahan kerajinan.

"Awalnya, hanya beberapa pengrajin yang menekuni, namun seiring perhatian Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Dikuperindag) sedikit demi sedikit pangsa pasar mulai terbuka dan bantuan pelatihan dan permodalan mengalir ke desa kami," katanya.

Supian bersama perajin lainnya lantas dibantu membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama Kembang Ilung, dengan bantuan permodalan mulai meningkatkan jumlah produksinya.

Sudah tidak terhitung ajang pameran dalam dan luar daerah yang diikutinya untuk membuka jaringan pemasaran produk kerajinan eceng gondok.

Beberapa pembeli luar daerah sekarang mulai rutin memesan produk kerajinan, seiring bertambahnya pembeli Supian mulai kewalahan mengingat jumlah perajin di desanya terbatas hanya 20 perajin.

Adanya Program kluster anyaman purun dan ilung (Anpulung) dari Bank Indonesia, membantu Yannor bersama KUB Kembang Ilung melakukan pembinaan kepada perajin anyaman purun dan eceng gondok di lima desa di Kecamatan Haur Gading.

Berkat sinergi antara KUB Kembang Ilung dengan perajin lainnya ini mengatasi masalah ketersediaan pasokan produk kerajinan yang dipesan.

"Perajin lain kita latih mendesain produk jadi sesuai pangsa pasar luar daerah, kemudian kita beli sesuai harga yang ditetapkan perajin agar mereka tetap mendapat untung," kata Supian.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015