Banjarmasin,  (AntaranewsKalsel) - Bank Indonesia Wilayah Kalimantan merilis bahwa permintaan batubara domestik juga turun seiring adanya kebijakan PLN yang menurunkan target penyerapan batubara akibat turunnya penjualan listrik industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan di Banjarmasin Senin mengatakan, PLN menurunkan target penyerapan batubara untuk tahun 2015, setelah pada triwulan I, tiga PLTU, yaitu Paiton di Probolinggo, Tanjung Jati di Jepara dan Suralaya di Cilegon, mengalami penurunan permintaan listrik industri.

Kondisi tersebut, kata dia, memperparah kondisi usaha emas hitam tersebut, setelah melemah akibat anjoknya harga dan menurunnya permintaan batubara di pasaran luar negeri.

Menurut Hary, berkurangnya kontraksi ekspor dan permintaan dalam negeri, membuat perusahaan utama batubara Kalsel, juga merevisi target produksinya.

"PT Adaro Energy menurunkan target produksinya untuk tahun 2015 dari 56-58 metrik ton menjadi 54-56 metrik ton," katanya.

Penurunan tersebut, tambah dia, seiring dengan belum membaiknya kondisi pasar luar negeri maupun dalam negeri hingga saat ini.

Meningkatkan produksi batubara, terutama untuk domestik, pemerintah sedang melakukan langkah-langkah antara lain, segera merealisasikan megaproyek pembangunan PLTU 35 ribu megawatt, termasuk untuk Kalsel.

Selain itu, juga mendorong industri "coal baased methane (CBM) untuk melengkapi industri oleokimia.

Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Eksternal PT Adaro Indonesia, Rizki Dartaman, di Paringin, mengatakan, perusahaan berkeyakinan dapat menjadikan kondisi saat ini sebagai peluang.

Menurut dia, pada tahun 2015, Adaro akan fokus pada tiga sektor utama, yakni operasi, biaya dan kepemimpinan yang tepat demi mempertahankan eksistensi perusahaan di bidang pertambangan batubara.

Rizki menjelaskan, pada sektor operasi, Adaro akan meningkatkan keunggulan operasional dengan tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun supaya keandalan kompetitif bisnis batu bara dapat terjaga.

Kedua adalah sektor-sektor biaya. Penghematan hal yang tidak lagi dapat dihindari supaya rasio keuangan perusahaan tetap sehat.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015