Tim Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dipimpin dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Leila Ariyani Sofia dan Muhammad Adnan Zain,  menerapkan teknologi hapa ganda yang berhasil menekan kematian benih ikan haruan para pembudidaya di Desa Pabaungan Pantai,
Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.

"Dalam pembesaran benih tingkat kematian benih ikan haruan atau gabus yang tinggi di atas 70 persen dapat ditekan melalui teknologi hapa ganda," ujar Leila, Jumat.

Pada awalnya, ungkap dia, pembudidaya menerapkan hapa tunggal yaitu benih ikan ditempatkan dalam hapa tunggal dan dipelihara sampai ukuran 1-3 cm dan selanjutnya ditebar ke dalam kolam.

Kondisi benih yang terlalu padat menyebabkan banyak benih telah mengalami kematian sebelum ditebar ke kolam. Karenanya, diperlukan teknologi yang mampu untuk menekan tingkat kematian benih yaitu teknologi hapa ganda.

Menurut Leila, hapa ganda yang digunakan sebagai inkubator benih adalah jaring dengan mata jaring berukuran 0,5 mm di bagian luar dan 2-2,5 mm di bagian dalam hapa.

Pada bagian luar, dimensi hapa 2x1x1 m, sedangkan bagian dalam sedikit lebih kecil. Benih ikan haruan berukuran 1-3 cm diletakkan di dalam. Setelah dipelihara selama 14-30 hari, maka benih berenang menuju hapa bagian luar.

"Kelebihan metode hapa ganda adalah benih ikan sebelum ditebar ke dalam kolam telah mengalami penyesuaian dalam waktu yang lebih lama dan ukuran benih yang ditebar lebih merata," katanya.

Sehingga apabila ukuran benih yang lebih merata pada saat penebaran akan mampu meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan haruan dan dapat bertahan hidup mencapai 50 persen dengan ukuran cukup seragam untuk dipelihara pada kolam pembesaran.
Pembudidaya ikan haruan menggunakan teknologi hapa ganda di Desa Pabaungan Pantai. (ANTARA/Firman)


Dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan mitra kelompok nelayan/pembudidaya ikan (Pokdakan) Ramania Besar tersebut, tim ULM juga memberikan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan kualitas air serta mengukur kualitas air media ikan haruan.

Metode kegiatan yang diterapkan terdiri dari penyuluhan dan diskusi materi teoritis, pelatihan dan pembimbingan, serta evaluasi kegiatan.

Leila menyatakan kualitas air kolam pemeliharaan ikan haruan di Pokdakan Ramania Besar masih dalam batas layak untuk budidaya ikan dengan pH air 5,0 dan kandungan ammonia 0,25 mg/l.

Namun perlu diwaspadai kadar nitrat (12,5 mg/l) yang melebihi ambang batas. Karenanya diperlukan perlakuan terhadap kualitas air kolam pemeliharaan ikan haruan, antara lain penggunaan probiotik, penerapan biofilter ataupun pergantian air agar kualitas air tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ikan haruan.

PKM tersebut terlaksana dengan sumber pendanaan dari DIPA ULM tahun 2021 dan difasilitasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ULM sebagai bentuk kewajiban tridarma perguruan tinggi.

Tim ULM berupaya untuk meningkatan nilai usaha budidaya ikan haruan yang merupakan komoditas primadona bagi sektor perikanan masyarakat Kalimantan Selatan.

Diharapkan Pokdakan Ramania Besar yang jadi mitra sebagai agen dalam upaya difusi inovasi produksi dan manajemen usaha bagi anggota kelompok masyarakat lainnya dalam pengembangan usaha budidaya perikanan yang bernilai ekonomi dan berkelanjutan.

Karena diketahui selama ini pengelolaan budidaya ikan haruan tergolong tradisional atau hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki nelayan.

Misalnya kolam pemeliharaan yang relatif sederhana, ikan diberi pakan tambahan seadanya, lebih mengandalkan pakan alami yang tersedia di perairan serta kemampuan kontrol kualitas air sangat rendah. Akibatnya, usaha budidaya ikan haruan yang dikelola nelayan sebagian besar mengalami kegagalan.

Kabid Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Tapin Bambang Poerwanto dan PPL Perikanan Kecamatan Candi Laras Selatan Muhammad Haris menyampaikan terima kasih kepada tim ULM yang telah melakukan PKM di wilayah mereka, sehingga berhasil meningkatkan pengetahuan pembudidaya yang pada akhirnya berdampak bagus untuk usaha pembibitan ikan haruan hingga pasca panen.

Pewarta: Firman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021