Sungai-sungai yang berada di kawasan sentra kepariwisataan, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Provinsi Kalimantan Selatan, berpotensi menghasilkan batu batuan dalam air yang berbentuk aneka macam yang disebut suiseki.

Wartawan Antara Biro Kalsel yang melakukan perjalanan wisata ke kawasan Pegunungan Meratus (geopark Meratus) tersebut minggu menemukan beberapa batu sungai yang unik unik, ada yang warna hitam, putih, warna ungus, dan warna merah.

Bukan hanya warna yang unik tetapi juga bentuk yang unik-unik pula, atau batu berbentuk yang disebut suiseki, bahkan ada pengunjung yang sempat mengambil batu tersebut untuk dibawa pulang, tetapi karena bentuk batunya seperti ulekan (penumbuk penghalus rempah), maka katanya hanya digunakan nanti untuk ulakan cobek.

Beberapa pengunjung saat berwisata seraya mandi-mandi banyak yang menyelam lalu mengumpulkan aneka bebatuan, sekedar untuk melihat jenis bebatuan di kawasan tersebut.

Menurut Rahman, seorang pengujung melihat jenis bebatuan dalam air kawasan Loksado maka wilayah ini berpotensi menjadi incaran penggemar batu suiseki, karena banyak orang yang tergabung dalam komunitas pecinta batu suiseki tersebut.

Berdasarkan sebuah sumber, mantan Gubernur Kalsel, Ir HM Said salah satu penggemar batu suieseki, bahkan saat beliau masih jadi gubernur sering ke Loksado untuk berburu bebatuan berbentuk tersebut.
Bebatuan di sungai Loksado (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Suiseki

Berdasarkan sebuah catatan, seni batu suiseki cukup luas dikenal di Asia. Di Korea seni ini disebut Suseok yang berarti batu tua. Di Jepang disebut Suiseki yang artinya batu air, istilah ini digunakan untuk merujuk pada tradisi mengumpulkan dan mengapresiasi batu alam yang indah.

Di Cina namanya Shangshe yang berarti batu indah. Sebagian ahli mengatakan Suiseki berasal dari kata Sui Sek, dalam bahasa Cina artinya batu yang terkikis atau diukir air jutaan tahun lamanya. Maknanya sama, yaitu batuan bernilai seni tinggi yang tercipta secara alami akibat proses alam yang berhubungan dengan air.

Sejarah mencatat suiseki ditemukan 1.500 tahun lalu, tatkala para raja di Cina menginginkan pemandangan alam dibawa ke istana, agar mereka bisa menikmatinya setiap hari tanpa harus pergi ke luar. Sejak saat itu mulai dicari batu-batu indah di sungai atau di puncak pegunungan.

Ada cerita lain, di jaman dinasti Tang dan Sun  (618-907 sebelum Masehi), seorang rakyat biasa menemukan batu unik, lalu disimpannya dan diperlihatkan kepada banyak orang. Banyak yang suka tampilan batu itu. Dari situlah awalnya kegemaran menikmati indahnya batu alam. Seni suiseki lahir di Cina tetapi dipopulerkan oleh bangsa Jepang.
Bebatuan di sungai Loksado (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Kepuasan dari hobi mengoleksi suiseki adalah saat mencari dan menemukan batu berbentuk unik, bervariasi, tidak direkayasa, disebabkan terkikis oleh air sungai, pasir, benturan, dan gesekan selama jutaan tahun, harus terbentuk secara alami.

Iklim tropis dan kondisi alam memungkinkan batu-batu indah mudah ditemukan di Indonesia, dan ternyata tidak kalah kualitas dan indahnya dari suiseki di Taiwan, Korea, atau Jepang. Sehingga banyak orang luar berburu suiseki ke Indonesia.




 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021