Pemberdayaan dan emansipasi perempuan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) atau pedalaman Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan (Kalsel) menyeruak.
Pewarta Antara Kalsel dari Banjarmasin yang melakukan perjalanan ke Loksado, Ahad melaporkan, pemberdayaan dan emansipasi perempuan pedalaman Meratus itu seperti pelayanan terhadap pengunjung atau wisatawan.
Sebagai contoh dalam pelayanan jasa transportasi dari Loksado ke objek wisata alam air Terjun Haratai yang berjarak lebih kurang sepuluh kilometer tidak memandang jenis kelamin, apakah laki-laki ataupun perempuan.
Bahkan dari Haratai ke Loksado pelayanan jasa transportasi wisata seperti tukang ojek banyak perempuan atau kaum Hawa setempat.
Walau tukang ojek tersebut perempuan, mereka tidak sungkan atau ragu membawa penumpang, kendati yang dia bawa laki-laki atau kaum Adam.
Hal lain yang menarik dalam konteks pemberdayaan atau emansipasi perempuan di pedalaman Meratus tersebut, kalau di Loksado sebagai koordinator ojek pelayanan jasa transportasi wisata, di Haratai itu dari kaum Hawa.
Kendati tukang ojeknya perempuan mereka tampak cukup mahir mendaki dan menurun lurah yang berliku-liku dekat tapi sungai atau jurangan, walau berbadan kecil.
Dalam percakapan dengan tukang ojek "bibinian" (perempuan) itu ada bisa membuat miris bagi mendengarnya antara lain keinginan mereka untuk melanjutkan pendidikan/kuliah tetapi terkendala malah pembiayaan.
Sementara mereka kurang banyak mengetahui seluk beluk untuk mendapatkan beasiswa, karena masih keterbatasan aksis seperti jaringan internet belum bisa optimal.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Pewarta Antara Kalsel dari Banjarmasin yang melakukan perjalanan ke Loksado, Ahad melaporkan, pemberdayaan dan emansipasi perempuan pedalaman Meratus itu seperti pelayanan terhadap pengunjung atau wisatawan.
Sebagai contoh dalam pelayanan jasa transportasi dari Loksado ke objek wisata alam air Terjun Haratai yang berjarak lebih kurang sepuluh kilometer tidak memandang jenis kelamin, apakah laki-laki ataupun perempuan.
Bahkan dari Haratai ke Loksado pelayanan jasa transportasi wisata seperti tukang ojek banyak perempuan atau kaum Hawa setempat.
Walau tukang ojek tersebut perempuan, mereka tidak sungkan atau ragu membawa penumpang, kendati yang dia bawa laki-laki atau kaum Adam.
Hal lain yang menarik dalam konteks pemberdayaan atau emansipasi perempuan di pedalaman Meratus tersebut, kalau di Loksado sebagai koordinator ojek pelayanan jasa transportasi wisata, di Haratai itu dari kaum Hawa.
Kendati tukang ojeknya perempuan mereka tampak cukup mahir mendaki dan menurun lurah yang berliku-liku dekat tapi sungai atau jurangan, walau berbadan kecil.
Dalam percakapan dengan tukang ojek "bibinian" (perempuan) itu ada bisa membuat miris bagi mendengarnya antara lain keinginan mereka untuk melanjutkan pendidikan/kuliah tetapi terkendala malah pembiayaan.
Sementara mereka kurang banyak mengetahui seluk beluk untuk mendapatkan beasiswa, karena masih keterbatasan aksis seperti jaringan internet belum bisa optimal.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021