Pelari jarak jauh nasional asal Jawa Barat Agus Prayogo merajai nomor lari marathon putra cabang olahraga atletik Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua dengan menyabet medali emas.
Agus menjadi yang tercepat melewati garis finis dengan catatan waktu 2 jam 33 menit dan 09 detik, saat berlaga di Kompleks Kuala Kencana, Mimika, Papua, Sabtu.
Catatan waktu Agus hanya berselisih satu detik dari pelari asal Sumatera Utara Welman D. Pasaribu yang merebut medali perak dengan waktu 2 jam 33 menit dan 10 detik.
Adapun medali perunggu diraih pelari jarak jauh asal Kalimantan Selatan Muhammad Ady Saputra dengan torehan waktu 2 jam 33 menit dan 19 detik.
Ditemui usai pertandingan, Agus mengatakan pertandingan berlangsung ketat. Sejumlah atlet menunjukkan kemampuan terbaik mereka sehingga jalannya lomba berlangsung seru.
Jalannya pertandingan, kata peraih emas nomor 5.000 meter PON Papua itu, semakin menarik dengan suasana lintasan yang asri dan sejuk karena dikelilingi hutan serta cuaca yang terbilang bersahabat.
"Persaingan cukup ketat, banyak atlet-atlet daerah memang sudah mulai bermunculan di nomor-nomor marathon, dan sepanjang rute memang track-nya bagus banget, steril, cuaca pagi ini bersahabat jadi saya enjoy banget dengan pertandingan pagi ini," kata Agus.
Agus menambahkan bahwa ini bukan catatan waktu marathon terbaik yang dia miliki. Sebelumnya, dia pernah menorehkan waktu 2 jam 21 menit.
Namun, peraih tiga medali emas PON XIX Jawa Barat 2016 itu puas atas hasil yang dicapai, mengingat kelembaban cuaca di Mimika cukup tinggi.
Sementara itu, peraih perak Welman D. Pasaribu mengaku kurang puas atas catatan waktu yang diperoleh karena target yang dia canangkan sebelumnya adalah 2 jam dan 30 menit.
"Kalau saya sih untuk waktu saya belum puas soalnya saya punya target dari pelatih itu 2 jam 30 menit," kata dia.
Namun, Welman berhasil memecahkan catatan waktu terbaiknya. Catatan waktu terbaik pria 28 tahun itu sebelumnya adalah 2 jam 33 menit dan 24 detik.
Rekor PON nomor marathon putra masih dipegang Eduarddus Nabunome dengan catatan waktu 2 jam 19 menit dan 18 detik yang dicetak pada 1993.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Agus menjadi yang tercepat melewati garis finis dengan catatan waktu 2 jam 33 menit dan 09 detik, saat berlaga di Kompleks Kuala Kencana, Mimika, Papua, Sabtu.
Catatan waktu Agus hanya berselisih satu detik dari pelari asal Sumatera Utara Welman D. Pasaribu yang merebut medali perak dengan waktu 2 jam 33 menit dan 10 detik.
Adapun medali perunggu diraih pelari jarak jauh asal Kalimantan Selatan Muhammad Ady Saputra dengan torehan waktu 2 jam 33 menit dan 19 detik.
Ditemui usai pertandingan, Agus mengatakan pertandingan berlangsung ketat. Sejumlah atlet menunjukkan kemampuan terbaik mereka sehingga jalannya lomba berlangsung seru.
Jalannya pertandingan, kata peraih emas nomor 5.000 meter PON Papua itu, semakin menarik dengan suasana lintasan yang asri dan sejuk karena dikelilingi hutan serta cuaca yang terbilang bersahabat.
"Persaingan cukup ketat, banyak atlet-atlet daerah memang sudah mulai bermunculan di nomor-nomor marathon, dan sepanjang rute memang track-nya bagus banget, steril, cuaca pagi ini bersahabat jadi saya enjoy banget dengan pertandingan pagi ini," kata Agus.
Agus menambahkan bahwa ini bukan catatan waktu marathon terbaik yang dia miliki. Sebelumnya, dia pernah menorehkan waktu 2 jam 21 menit.
Namun, peraih tiga medali emas PON XIX Jawa Barat 2016 itu puas atas hasil yang dicapai, mengingat kelembaban cuaca di Mimika cukup tinggi.
Sementara itu, peraih perak Welman D. Pasaribu mengaku kurang puas atas catatan waktu yang diperoleh karena target yang dia canangkan sebelumnya adalah 2 jam dan 30 menit.
"Kalau saya sih untuk waktu saya belum puas soalnya saya punya target dari pelatih itu 2 jam 30 menit," kata dia.
Namun, Welman berhasil memecahkan catatan waktu terbaiknya. Catatan waktu terbaik pria 28 tahun itu sebelumnya adalah 2 jam 33 menit dan 24 detik.
Rekor PON nomor marathon putra masih dipegang Eduarddus Nabunome dengan catatan waktu 2 jam 19 menit dan 18 detik yang dicetak pada 1993.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021