Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu berpeluang menguat, dibayangi kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).
Rupiah pagi ini bergerak menguat 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.240 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.253 per dolar AS.
"Sentimen positif terhadap aset berisiko terlihat di pagi ini dengan menguatnya mengikuti penguatan indeks saham AS dan Eropa semalam," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Ariston, membaiknya data ekonomi yang dirilis kemarin yaitu data indeks aktivitas sektor jasa Eropa dan AS, mendukung sentimen tersebut.
"Sentimen ini bisa mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Tapi di sisi lain, lanjutnya, imbal hasil atau yield obligasi AS tenor 10 tahun terlihat meningkat karena ekspektasi pengetatan moneter di AS.
"Yield kembali ke atas level 1,5 persen. Ini bisa menekan penguatan rupiah terhadap dolar AS dan malah bisa mendorong pelemahan rupiah," kata Ariston.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian COVID-19 pada Selasa (5/10) kemarin mencapai 1.404 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,22 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 77 kasus sehingga totalnya mencapai 142.338 kasus.
Sementara itu jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 2.558 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,05 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 29.823 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 94,94 juta orang dan vaksin dosis kedua 53,66 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak ke kisaran Rp14.240 per dolar AS hingga Rp14.280 per dolar AS.
Pada Selasa (5/10) lalu, rupiah ditutup menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.253 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.267 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Rupiah pagi ini bergerak menguat 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.240 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.253 per dolar AS.
"Sentimen positif terhadap aset berisiko terlihat di pagi ini dengan menguatnya mengikuti penguatan indeks saham AS dan Eropa semalam," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Ariston, membaiknya data ekonomi yang dirilis kemarin yaitu data indeks aktivitas sektor jasa Eropa dan AS, mendukung sentimen tersebut.
"Sentimen ini bisa mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Tapi di sisi lain, lanjutnya, imbal hasil atau yield obligasi AS tenor 10 tahun terlihat meningkat karena ekspektasi pengetatan moneter di AS.
"Yield kembali ke atas level 1,5 persen. Ini bisa menekan penguatan rupiah terhadap dolar AS dan malah bisa mendorong pelemahan rupiah," kata Ariston.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian COVID-19 pada Selasa (5/10) kemarin mencapai 1.404 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,22 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 77 kasus sehingga totalnya mencapai 142.338 kasus.
Sementara itu jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 2.558 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,05 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 29.823 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 94,94 juta orang dan vaksin dosis kedua 53,66 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak ke kisaran Rp14.240 per dolar AS hingga Rp14.280 per dolar AS.
Pada Selasa (5/10) lalu, rupiah ditutup menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.253 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.267 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021