Marabahan, (Antaranews Kalsel) - Populasi bekantan (Nasalis Larvatus) di kawasan konservasi Pulau Bakut Kabupaten Barito Kuala kini bertambah dengan lahirnya tiga ekor bayi dan jadi kabar yang mnggembirakan mengingat keberadaan bekantan maskot kebanggaan provinsi Kalimantan Selatan ini sekarang terancam punah.
Siaran tetulis Biodiversitas Indonesia dari Universitas Lambung Mangkurat melalui ketuannya Amalia Rezeki, S.Pd., M.Pd, diterima Antaranews Kalsel, Sabtu menyebutkan, pada awal Juni 2015, berdasarkan pengamatan tim peneliti Biodiversitas Indonesia-Universitas Lambung Mangkurat, telah lahir tiga ekor bayi bekantan di Pulau Bakut, kawasan konservasi yang berada di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Menurut Amalia populasi bekantan di Pulau Bakut cukup menunjukkan tren peningkatan dan perkembangan yang menggembirakan. Peningkatan ini dilihat dari jumlah individu yang bertambah, dari kisaran 30 ekor pada tahun 2012 lalu meningkat menjadi sekitar 42 ekor di tahun 2015 termasuk bekantan yang dilepasliarkan oleh Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama BKSDA Kalimantan Selatan termasuk tiga ekor individu betina dewasa yang sedang bunting tua.
"Hal ini merupakan kejutan yang menggembirakan bagi kita semua, karena bekantan yang selama ini dikategorikan terancam punah, memperlihatkan perkembangannya dengan melahirkan bayi-bayi yang lucu," kata Amalia Rezeki, praktisi konservasi bekantan yang juga dosen di Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) ini.
Dijelaskan Amalia, dalam hal reproduksi, setiap kali kelahiran diperlukan kurun waktu kurang lebih setahun dan jumlah anaknya pun hanya 1 ekor. Perkembangbiakannya yang rendah ini dan perburuan oleh manusia membuat populasi bekantan ini terus menurun, ditambah lagi semakin parahnya alih fungsi lahan oleh manusia yang cenderung meingindahkan analisis dampak lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Siaran tetulis Biodiversitas Indonesia dari Universitas Lambung Mangkurat melalui ketuannya Amalia Rezeki, S.Pd., M.Pd, diterima Antaranews Kalsel, Sabtu menyebutkan, pada awal Juni 2015, berdasarkan pengamatan tim peneliti Biodiversitas Indonesia-Universitas Lambung Mangkurat, telah lahir tiga ekor bayi bekantan di Pulau Bakut, kawasan konservasi yang berada di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Menurut Amalia populasi bekantan di Pulau Bakut cukup menunjukkan tren peningkatan dan perkembangan yang menggembirakan. Peningkatan ini dilihat dari jumlah individu yang bertambah, dari kisaran 30 ekor pada tahun 2012 lalu meningkat menjadi sekitar 42 ekor di tahun 2015 termasuk bekantan yang dilepasliarkan oleh Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama BKSDA Kalimantan Selatan termasuk tiga ekor individu betina dewasa yang sedang bunting tua.
"Hal ini merupakan kejutan yang menggembirakan bagi kita semua, karena bekantan yang selama ini dikategorikan terancam punah, memperlihatkan perkembangannya dengan melahirkan bayi-bayi yang lucu," kata Amalia Rezeki, praktisi konservasi bekantan yang juga dosen di Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) ini.
Dijelaskan Amalia, dalam hal reproduksi, setiap kali kelahiran diperlukan kurun waktu kurang lebih setahun dan jumlah anaknya pun hanya 1 ekor. Perkembangbiakannya yang rendah ini dan perburuan oleh manusia membuat populasi bekantan ini terus menurun, ditambah lagi semakin parahnya alih fungsi lahan oleh manusia yang cenderung meingindahkan analisis dampak lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015