Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ketika investor menunggu hasil pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve minggu ini untuk sinyal apa pun tentang kapan bank sentral akan mulai mengurangi pembelian asetnya.
Greenback terpangkas 0,263 persen di 92,362 pada perdagangan sore, tetapi masih dalam jarak dekat dari tertinggi 3,5 bulan di 93,19 yang dicapai pada 21 Juli.
Mata uang AS telah meningkat secara luas selama lebih dari sebulan di tengah ekspektasi bahwa ketika pemulihan ekonomi meningkat, The Fed akan mulai mengurangi dukungan moneternya untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Tetapi peningkatan kasus varian Delta COVID-19 dapat mengaburkan prospek tersebut.
"Dolar telah mengalami lonjakan musim panas yang bagus dan saya pikir risiko peristiwa yang ditimbulkan oleh The Fed sudah cukup untuk sedikt menekan dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.
The Fed memulai pertemuan dua hari pada Selasa (27/7), diikuti oleh konferensi pers oleh Ketua Jerome Powell pada Rabu waktu setempat.
“Saya pikir dia hanya akan memberi sinyal ke pasar bahwa mereka telah mendiskusikan ukuran tapering (pengurangan pembelian obligasi), mereka mendiskusikan bagaimana tapering, tetapi mereka masih dalam sikap menunggu dan melihat, mengingat di mana kita berada dalam pemulihan,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
“Jadi, mereka akan mencoba untuk mengalah, tapi saya pikir akan ada beberapa hawkish.”
Data pada Selasa (27/7) menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen AS melayang di level tertinggi 17-bulan pada Juli, menunjukkan ekonomi mempertahankan pertumbuhan yang kuat pada awal kuartal ketiga.
Secara terpisah, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan prospek pertumbuhannya untuk Amerika Serikat dan negara-negara kaya lainnya karena dukungan fiskal yang berkelanjutan dan akses ke vaksin COVID-19, sementara pada saat yang sama menurunkan perkiraannya untuk sejumlah negara berkembang.
Secara keseluruhan, IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 6,0 persen untuk tahun 2021 dalam pembaruan untuk Prospek Ekonomi Dunia.
Euro naik tipis 0,26 persen, berpindah tangan pada 1,1833 dolar versus greenback, sementara sterling naik 0,55 persen menjadi 1,38925 dolar karena data awal tampaknya menunjukkan surutnya lonjakan kasus COVID-19 di Inggris terlepas dari penghapusan banyak pembatasan sosial minggu lalu.
Di tempat lain, kekhawatiran atas penyebaran varian Delta dan kegelisahan pasar saham Hong Kong membebani mata uang yang berorientasi pada risiko.
Dolar Australia melemah 0,26 persen sementara dolar Selandia Baru turun 0,56 persen.
Yuan China bertahan menguat meskipun terjadi gejolak di ekuitas dan naik 0,66 persen pada 6,5255 yuan per dolar.
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin naik 1,04 persen pada 37.677,58 dolar AS, tetapi turun dari tertinggi Senin (26/7) di atas 40.000 dolar AS, setelah Amazon.com mengatakan laporan berita akhir pekan yang mengklaim bahwa pihaknya sedang bersiap untuk menerima pembayaran crypto adalah salah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Greenback terpangkas 0,263 persen di 92,362 pada perdagangan sore, tetapi masih dalam jarak dekat dari tertinggi 3,5 bulan di 93,19 yang dicapai pada 21 Juli.
Mata uang AS telah meningkat secara luas selama lebih dari sebulan di tengah ekspektasi bahwa ketika pemulihan ekonomi meningkat, The Fed akan mulai mengurangi dukungan moneternya untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Tetapi peningkatan kasus varian Delta COVID-19 dapat mengaburkan prospek tersebut.
"Dolar telah mengalami lonjakan musim panas yang bagus dan saya pikir risiko peristiwa yang ditimbulkan oleh The Fed sudah cukup untuk sedikt menekan dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.
The Fed memulai pertemuan dua hari pada Selasa (27/7), diikuti oleh konferensi pers oleh Ketua Jerome Powell pada Rabu waktu setempat.
“Saya pikir dia hanya akan memberi sinyal ke pasar bahwa mereka telah mendiskusikan ukuran tapering (pengurangan pembelian obligasi), mereka mendiskusikan bagaimana tapering, tetapi mereka masih dalam sikap menunggu dan melihat, mengingat di mana kita berada dalam pemulihan,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
“Jadi, mereka akan mencoba untuk mengalah, tapi saya pikir akan ada beberapa hawkish.”
Data pada Selasa (27/7) menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen AS melayang di level tertinggi 17-bulan pada Juli, menunjukkan ekonomi mempertahankan pertumbuhan yang kuat pada awal kuartal ketiga.
Secara terpisah, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan prospek pertumbuhannya untuk Amerika Serikat dan negara-negara kaya lainnya karena dukungan fiskal yang berkelanjutan dan akses ke vaksin COVID-19, sementara pada saat yang sama menurunkan perkiraannya untuk sejumlah negara berkembang.
Secara keseluruhan, IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 6,0 persen untuk tahun 2021 dalam pembaruan untuk Prospek Ekonomi Dunia.
Euro naik tipis 0,26 persen, berpindah tangan pada 1,1833 dolar versus greenback, sementara sterling naik 0,55 persen menjadi 1,38925 dolar karena data awal tampaknya menunjukkan surutnya lonjakan kasus COVID-19 di Inggris terlepas dari penghapusan banyak pembatasan sosial minggu lalu.
Di tempat lain, kekhawatiran atas penyebaran varian Delta dan kegelisahan pasar saham Hong Kong membebani mata uang yang berorientasi pada risiko.
Dolar Australia melemah 0,26 persen sementara dolar Selandia Baru turun 0,56 persen.
Yuan China bertahan menguat meskipun terjadi gejolak di ekuitas dan naik 0,66 persen pada 6,5255 yuan per dolar.
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin naik 1,04 persen pada 37.677,58 dolar AS, tetapi turun dari tertinggi Senin (26/7) di atas 40.000 dolar AS, setelah Amazon.com mengatakan laporan berita akhir pekan yang mengklaim bahwa pihaknya sedang bersiap untuk menerima pembayaran crypto adalah salah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021