Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan HM Sabrie mengungkapkan, pengembangan peternakan sapi di daerahnya kini memanfaatkan lahan perkebunan sawit, diantaranya di daerah Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, Tabalong, dan Kota Baru.

"Di empat daerah ini pengembangan peternakan sapi di areal perkebunan sawit berjalan dengan sangat baik," ujarnya, di Banjarmasin, Kamis.

Menurut dia, program pengembangan peternakan sapi di lahan perkebunan sawit ini dinamakan program integrasi binaan ternak sapi dengan sawit.

Dijelaskannya, ada tiga pola dalam program pengembangan peternakan sapi di lahan perkebunan sawit ini, yakni, pola pertama di mana ternak sapi 100 persen hidupnya tergantung pakan yang ada di kebun sawit atau pemeliharaannya dengan dilepas bebas di kebun sawit.

Pola kedua, lanjut dia, semi gembala, yakni, siang dilepas di perkebuanan sawit tapi malamnya kembali ke kandang.

"Sedangkan pola ketiga, sapi dipelihara di luar perkebuanan sawit, tapi pakannya diambil dari hijauan rumput di perkebunan sawit," jelasnya.

Dalam program ini, tegas Sabrie, kedua belah pihak diuntungkan, pemilik sapi tidak perlu repot lagi mencarikan pakan bagi peliharaannya dan pemilik perkebuanan sawit mendapatkan pupuk gratis dari limbah kotoran sapi tersebut.

"Saya ambil contoh, satu ekor sapi itu bisa membuang kotorannya sekitar 20 kilogram perhari, dan kencing sekitar delapan liter. Itu menjadi pupuk alami yang sangat bagus bagi kesuburan sawit," ujarnya.

Sehingga, ungkap dia, penggunaan pupuk yang banyak mengandung zat kimia dapat dikurangi, pencemaran berbahaya bagi tanah dan air di sekitarnya dapat tertangani secara alami.

Bagi peternak sapi, kata Sabrie, akan mendapat keuntungan dengan berlimpahnya pakan rumput yang subur di perkebunan sawit, dengan tanpa mengeluarkan biaya perkembangan berat sapinya akan bisa terus tumbuh 0,2-0,3 kilogram perharinya.

"Sinergi inikan sangat baik, hingga perlu ditularkan lagi nantinya ke daerah lainnya yang juga memiliki wilayah perkebunan sawit sangat luas," tekannya.

Namun, kata dia, yang menjadi masalah terkadang itu peternak sapi kurang mengerti bagaimana bagusnya pemeliharaan sapi di perkebuanan sawit itu agar tidak over kafasitas di satu tempat, hingga membuat pertumbuhan hewan peliharanannya menjadi kurang maksimal.

"Kalau standarnya di satu hektar perkebuanan sawit itu cuma tiga sampai lima ekor sapi saja sebagai lahan pakannya," terang Sabrie.

Menurut Sabrie, Kalsel berupaya menjadi daerah swasembada daging sapi di Indonesia, dan ini tidak mustahil terwujud sebab alam di daerah ini sangatlah subur, hingga sangat potensial bagi pengembangan ternak sapi.

Sebab, ungkap dia, sejauh ini provinsinya sudah mampu surplus daging dengan hasil panen sebanyak 10.000 ton pertahun, padahal kebutuhan penduduk lebih dari empat juta jiwa itu hanya sekitar 7.000 ton per tahun.

"Jadi masih ada lebihan sekitar 3.000 ton pertahun bagi daerah kita ini," ungkapnya.

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015