Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Tenaga penyuluh di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, didominasi oleh tenaga penyuluh kontrak karena sebagian besar tenaga penyuluh di daerah tersebut telah pensiun.

Kepala Badan Penyuluh Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Afran Rovaidy di Amuntai, Selasa mengatakan, saat ini tenaga penyuluh di daerahnya lebih banyak tenaga kontrak atau tenaga harian lepas (THL) dibanding tenaga penyuluh pegawai negeri sipil atau PNS.

"Dari 126 tenaga penyuluh pertanian, sebanyak 87 orang atau sekitar 80 persen merupakan tenaga kontrak," kata Afran.

Dia mengatakan, jumlah tenaga penyuluh mengalami stagnan bahkan kadang berkurang dikarenakan sebagian telah menghabiskan masa tugas (pensiun), mutasi dan meninggal dunia. Sedangkan jumlah formasi pada penerimaaan seleksi calon pegawai negeri sipil juga minim.

Adanya tenaga kontrak ini, kata Afran sangat membantu keterbatasan petugas penyuluh PNS, bahkan fungsinya sebagai tenaga penyuluh pembantu semakin meningkat dan memiliki kawasan tugas sendiri.

"Semula peran dan fungsinya adalah sebagai tenaga bantu tenaga penyuluh PNS, namun seiring waktu mereka memiliki kawasan pembinaan sendiri," terangnya.

Ia menuturkan jika tenaga penyuluh ini ada yang berlatarbelakang pendidikan sarjana pertanian, namun sebagian besar lulusan sekolah menengah pertanian..

Kepala Bidang Pengembangan SDM Yuli Hertawan menuturkan, pada 2007 hingga 2009 Kabupaten HSU mendapat bantuan pemerintah pusat, untuk alokasi penempatan tenaga kontrak ini sebanyak 100 orang lebih.

"Kini tersisa sekitar 70 orang, karena beberapa diantaranya lulus seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil di daerah lain," katanya.

Sementara tenaga penyuluh di tingkat kabupaten atau Kelompok Kabatan Fungsional sebanyak 8 orang yang terdiri 2 tenaga penyuluh bidang perikanan, 1 tenaga perkebunan, 2 peternakan dan 3 orang penyuluh pertanian.

Semua petugas penyuluh kabupaten ini, tuturnya secara berkala melakukan pembinaan dan pelatihan kepada tenaga penyuluh di lapangan atau kecamatan.

"Setiap satu bulan, dilaksanakan pertemuan di balai penyuluhan kecamatan sebanyak dua kali, sedangkan dari penyuluh instansi terkait, seperti dari dinas pertanian, peternakan dan lainnya juga memberikan pelatihan sebanyak dua kali," terang Yuli.

Idealnya, kata Yuli, jumlah tenaga penyuluh disesuaikan dengan jumlah desa yang ada di kabupaten/kota, sedangkan jumlah penyuluh di Kabupaten HSU masih kurang sebanyak 93 orang dari 219 desa, yang hanya memiliki 126 penyuluh.

"Jadi untuk mencapai jumlah tenaga penyuluh yang ideal kita masih kekurangan 93 orang tenaga penyuluh," ungkapnya.

Guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi pada sektor pertanian, maka sumber daya manusia tenaga penyuluh, baik di tingkat kabupaten dan kecamatan, perlu terus ditingkatkan atau di "up grade` untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan petani.

Namun untuk menyelenggarakan pelatihan di timgkat kabupaten, Yuli mengaku Badan penyuluh masih kekurangan anggaran dana.

Pihaknya hanya menunggu undangan dari pihak Balai Besar Pelatihan Pertanian di Binuang Kabupaten Tapin atau pelatihan ditempat lain.

"Dalam waktu dekat ada undangan pelatihan Al Sintan di Banjarbaru untuk membekali tenaga penyuluh tentang tehnik penggunaan mesin dan teknologi pertanian" imbuhnya.

Apabila mengikuti undangan pelatihan semacam ini, katanya biaya akomodasi ditanggung pihak yang mengundang.

Upaya lain yang bisa ditempuh Badan Penyuluh untuk meningkatkan SDM yakni melalui kegiatan studi banding ke sejumlah daerah yang sudah maju pembangunan sektor pertaniannya.

Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian (Perhiptani) Kabupaten HSU Ilhamsyah Noor juga mengakui masih rendahnya kualitas SDM tenaga penyuluh ini.

"Kita membina sebanyak 967 kelompok tani di HSU dam kita akui SDM petani kita juga perlu terus ditingkatkan" kata Ilham.

Selain kendala faktor SDM, katanya juga masih kurang sarana penunjang seperti kendaraan roda dua untuk tenaga penyuluh.

"Kalau permasalahan yang dihadapi petani umumnya terkait masalah teknis, keterlambatan bantuan bibit, hama tanaman padi dan tentu saja masih minimnya sarana dan prasarana pertanian," katanya.



Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015