Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Petani di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan membutuhkan lebih banyak lantai untuk mengeringkan atau menjemur padi, agar dapat menjaga kualitas masa simpan padi yang mendukung pemasaran ke luar daerah.

Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Kantor Penyuluh Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Yuli Hertawan, di Amuntai, Selasa, mengatakan akibat proses penjemuran padi yang kurang sempurna menyebabkan kandungan air pada padi tidak mencapai standar.

Kondisi tersebut, kata dia, mengakibatkan padi atau beras ketika disimpan tidak bisa bertahan lama, karena di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang didominasi lahan rawa sekitar 89 persen, lahan untuk menjemur padi terbatas sehingga banyak petani yang menjemur padi di tepi ruas jalan.

"Beras jadi cepat berbau dan muncul kutu, sehingga kurang dilirik konsumen," kata Yuli.

Yuli mendapatkan informasi bahwa di Kalimantan Timur, khususnya di Kota Balikpapan dan Samarinda beras yang berasal dari Kabupaten HSU kalah bersaing dengan beras dari Sulawesi dan Pulau Jawa.

Padahal, kata Yuli lagi, kualitas beras asal HSU sebenarnya tidak kalah jika dibanding kualitas beras daerah lain, karena para petani di HSU sudah banyak menggunakan benih padi unggul.

"Bahkan di Kalsel petani dari HSU, termasuk yang paling banyak menggunakan bibit padi berlabel unggul," kata Yuli pula.

Namun, petani setempat dinilai masih kurang memperhatikan aspek pengeringan padi dan terburu-buru menjualnya, sehingga ketika dijual ke pasar luar daerah, kondisi beras semakin menurun.

"Beras menjadi kurang tahan lama jika disimpan, sehingga banyak konsumen beralih pada beras produksi daerah lain," kata dia.

Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten HSU setiap tahun selalu menganggarkan pembuatan lantai jemur padi meskipun jumlahnya bervariasi sesuai usulan yang bisa direalisasikan.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura setempat, Ilham Hadi, menjelaskan setiap tahun selalu dibangun lantai jemur padi bagi kelompok tani di beberapa kawasan untuk digunakan bersama.

Pada 2013 sebanyak lima buah lantai jemur padi dibangun di Desa Kayakah, Padang Basar, dan Padang Basar Hulu, Sarang Burung, dan Desa Gelagah Hulu.

Pembangunan lantai jemur ini, cukup banyak dibangun pada 2014 sebanyak delapan lantai jemur, yakni di Desa Palukahan, Manarap Hulu, Sarang Burung, Sungai Durait Tengah, Teluk Sinar, Tatah Laban, Kayakah, dan Pinangkara.

Namun pada 2015 hanya satu lantai jemur yang bisa dibangun, yakni di Desa Babirik Hilir Kecamatan Babirik.

"Meskipun banyak usulan petani yang diterima Dinas Pertanian namun hanya satu usulan yang bisa direalisasikan, karena surat persetujuan dari bupati diperoleh sesudah batas tanggal penetapan KUA-PPAS tidak bisa dianggarkan, namun usulan-usulan itu akan dianggaran tahun berikutnya," ujar Ilham pula.

Ilham menuturkan, sebelumnya bantuan berupa mesin pengering padi sudah pernah diberikan kepada kelompok tani, namun oleh petani kurang dimanfaatkan.

Alasannya, padi milik mereka bercampur dengan milik petani lain saat proses pengeringan dalam mesin, selain itu perlu biaya membeli bahan bakar, dan mesin tidak bisa dipindah-pindahkan karena hanya bisa diletakkan di suatu tempat.

Menurut Ilham, solusi yang sesuai dengan keinginan petani sebagaimana sering diusulkan pada musrenbang yakni pembangunan lantai jemur.

"Tergantung petani apakah mereka sudah menjemur sesuai prosedur, tata cara dan batas waktu yang ditentukan agar kadar air padi mencapai standar, sehingga tahan lama ketika disimpan," katanya lagi.

Namun, Ilham menduga, kondisi cuaca yang tak menentu saat ini turut mempengaruhi proses penjemuran, sehingga bagi petani yang tidak sabar ingin menjual hasil panennya dengan melakukan penjemuran seadanya.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015