Zaman modern seperti sekarang ini kebanyakan orang ingin serba instan, tak terkecuali dalam hal makanan dan minuman, dan tak pelak makanan dan minuman kemasan modern pun banyak menjadi pilihan dengan alasan kepraktisan.

Padahal beberapa banyak makanan dan minuman kemasan rata-rata sangat tidak direkomendasikan untuk kesehatan, karena kandungan bahan kimia yang ada di dalamnya, seperti pengawet pewarna buatan dan zat aditif berbahaya lainnya.

Di tengah ramainya minuman kemasan dan olahan modern yang kini banyak dijual di pinggir jalan salah, ada seorang warga Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Taufik Al Hakim mencoba memanfaatkan kegemaran minuman tradisional kemasan ini dengan cara yang berbeda, dikemas menarik dan jadi minuman favorit, sehat dan alami diminati banyak orang.

Ia mengatakan, membuat minuman tradisional Es Lahang yang dikemas menjadi minuman yang banyak digemari, dari kalangan anak hingga dewasa, minuman tradisional berkemasan ini diproduksi di sebuah usaha kecil rumah tangga, yakni yang ada di Muara Banta, RT 3, Kelurahan Kandangan Kota, Kecamatan Kandangan.

"Lahang dalam bahasa Banjar atau yang mungkin secara umum masyarakat mengenalnya di Indonesia sebagai air Nira, merupakan minuman alami yang didapat dari hasil sadapan pohon Enau atau Aren," katanya, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dijelaskan dia, minuman air Nira bagi masyarakat Banjar mungkin sudah tidak asing lagi, namun masih belum familiar untuk dijadikan sebagai konsumsi minuman sehari-hari, ia berkreatitas karena sebelumnya tak banyak orang melirik air Nira ini untuk dijadikan minuman kemasan yang bisa disajikan dan laku di pasaran.
 
Minuman Tradisional Es Lahang dalam kemasan (Fathurrahman/Diskominfo HSS/Antarakalsel)


Baca juga: Nor Alia, Mahasiswi STAI Darul Ulum Kandangan ke jenjang JPI Nasional

Usaha ini ditekuni selama kurang lebih tujuh tahun dalam mencoba terobosoan membuat kemasan minuman tradisional Es Lahang, asal muasal dirinya melakukan praktek pembuatan adalah karena keinginannya untuk menambah penghasilan keluarga.

Diilhami ketika pada tahun 2013 lalu di mana mulai ramai-ramainya orang berusaha berjualan kemasan teh modern, dirinya pun memikirkan usaha apalagi yang bisa dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga.

"Setelah melihat banyaknya atau menjamurnya orang berjualan minuman yang berkemasan, saya pun berinisiatif bagaimana agar air Nira yang notabene adalah minuman tradisional alami, bisa juga dikemas dan dijual di pasaran," katanya.

Menurut dia, memulai usaha sedikit demi sedikit, walau diawalnya banyak juga yang meragukan minuman ini akan laku untuk dipasarkan, secara perlahan dirinya pun menjual atau menjajakannya sendiri minuman ini, dibantu itu oleh anggota keluarganya.

Ternyata di luar dugaan minuman ini hari demi hari bertambah peminatnya, dan kini banyak pula orang yang mengambil dari produksi rumahan ini untuk ikut sekedar menjajakannya, bahkan banyak yang ikut-ikutan memproduksi sendiri minuman es lahang, namun anehnya di pasaran banyak orang malah hanya mencari es lahan produksi dari Muara Banta saja.

Es Lahang berasal dari hasil sadapan pohon Aren sekarang marak dipasarkan dari pedesaan hingga perkotaan, apalagi kalau sudah dibentuk kemasan dan melalui proses produksi, dan Es Lahang Muara Bantu dikenal karena kekhasan rasa dianggap paling paling lezat, dibanding dengan minuman sejenis produksi lain tempat lain.

"Mungkin karena dianggap faktor pengalaman dalam membuat Es Lahang, dan kami yang paling awal memproduksi minuman tradisonal jenis ini, dan Alhamdulillah sudah dikenal luas sampai ke luar daerah, tidak ada resep khusus apapun yang dimiliki," katanya.
Es Lahang dijual di salah satu sudut Kota Kandangan (Fathurrahman/Diskominfo HSS/Antarakalsel)


Baca juga: Hanif bangun perpustakaan pohon dan pembibitan tanaman langka Kalimantan

Ia pun terang-terangan mengungkapkan bagaimana ceritanya dalam berproses mengeluti usaha Es Lahang tersebut, saat ia ingat bagaimana caranya untuk menggunakan mesin pengolah Es Lahang dan bagaimana waktu masih anak-anak menikmati enaknya rasa Es Lahang.

Kemudian membeli mesin serta dari sedikit mencoba ternyata dipasarkan cepat laku di tahun 2013, merintis pertama dengan berjualan sendiri berkeliling, dan kalau musim panas permintaan Es Lahang juga naik maka persedian bahan baku pun menjadi kurang.

Kendala ini diakui karena bahan baku Es Lahang dari sadapan pohon Aren dan kalau sudah habis tidak bisa bisa dibuat-buat, sering juga musim menjadi masalah, sebab pohon aren tidak produktif di akhir musim kemarau, di musim hujan pohon menyimpan air dan kemarau simpanan air masih banyak, tapi diakhir musim keluarnya sedikit.

"Kami tidak menyadap sendiri dari pohon Aren, mendapatkan bahan baku dapat dari para penyadap yang ada di beberapa desa, seperti dari Desa Baluti, Jambu Hulu dan di Jambu Hilir," katanya.

Ia menggunakan motor dan gerobak untuk mengambil sendiri sadapan dari pohon Aren, bahan baku yang diambil sudah dalam kondisi matang karena proses pendidihan di dalam kawah penyadap, karena sehari sebelumnya sudah dipesan.

Para penyadap ini merupakan langgangan tetap dari usaha Es Lahang, rata-rata pengambilan sebanyak empat dirijen atau setara dengan 20 liter, namun hal ini pun tidak bisa dipastikan dari kondisi cuaca dan musim, di penghujung kemarau sedikit, produksi air nira juga menurun.

Air Nira rutin diambil pada pukul 9.00 sampai 10.00 Wita pagi, setelah selesai mengumpulkan dari para penyadap, air Nira dibawa kembali ke rumah, selanjutnya air Nira yang dibawa masih dalam kondisi mendidih ini disalin ke wadah yang lebih besar untuk proses pendinginan.

"Tak lupa air Nira juga disaring menggunakan kain, ini dilakukan karena air Nira kemungkinan biasanya masih mengandung beberapa serutan pohon aren dan juga semut yang memang hobbi yang manis-manis," katanya.
 
Pemilik usaha Es Lahang, Taufik Al Hakim (Fathurrahman/Diskominfo HSS/Antarakalsel)



Baca juga: Dari ikut orang lalu berwirausaha mandiri, cutting stiker Zaini makin berkembang

Ternyata air yang didapatnya dari beberapa penyadap ini dituangkan dengan cara dicampur setiap masing-masing dirigen, dimaksudkan karena air Nira masing-masing penyadap berbeda-beda, baik warna kualitas dan tingkat kemanisannya.

Dengan mencampur maka hasil yang didapat akan merata secara keseluruhan, proses pendinginan yang juga biasanya berlangsung sampai dengan lima jam untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah lima jam didapatkan hasil akhir nilai yang bersih dan jernih, kalaupun ada sisa serutan akan mengendap di bagian bawah hingga air Nira ini pun siap dikemas.

Proses terakhir air Nira yang sudah dikemas ini dimasukkan ke dalam freezer untuk pendinginan bahkan pembukuan, menurut dia dari pengalamannya beberapa tahun menekuni usaha ini air Nira yang baik akan terlihat dari tampilannya, warna coklat cerah pertanda air nilainya berkualitas baik.

"Agar mendapatkan air Nira yang baik inilah kami sangat selektif dalam memilih penyadap langganan, sebab berdasarkan pengalaman dulu pernah mendapatkan bahan baku yang kurang baik dari salah seorang pelanggannya, sehingga membuat dirinya lebih lebih berhati-hati," katanya.

Ia dulu pernah mencoba sadapan langsung dari pohonnya dan belum direbus, ternyata rusak, mulai saat itu tidak pernah pakai yang belum matang dan dipakai yang sudah direbus saja, dan saat ini Es Lahangnya dipasarkan hingga keluar daerah.

Ada yang menjual dengan mengambil seminggu atau dua kali seminggu, dipasarkan hingga daerah ke Pegunungan seperti Loksado, dan ke Paramasan Kabupaten Banjar, dan usaha ini terbilang baru dan disaat orang mulai banyak meniru, walaupun sebelumnya mungkin bisnis seperti tidak tidak terpikirkan ada.

Pihaknya juga tetap menyambut baik mereka yang meniru usahanya, karena bisa mengurangi pengangguran, menambah mata pencarian untuk mendapatkan penghasilan, dan dari usaha ini dirinya bersyukur bisa menghidupi keluarga, memebesarkan anak-anak, membuat rumah dan sudah melakukan ibadah umroh.

"Untuk harga Es Lahang yang kami jual di sini dari rumah diambil mereka yang menjajakannnya lagi seharga Rp3 ribu, dan kemudian mereka menjual secara eceran Rp5 ribu, dijajakan terjauh hingga ke Rantau, Kabupaten Tapin dan daerah Paramasan, Kabupaten Banjar," katanya.

Baca juga: Lagi viral wisata kuliner Soto Terapung "Tatamba Lapar" Nagara

Saat ini ada sekitar tujuh orang penjaja tetap Es Lahang Muara Banta, dan akan bertambang bulan Ramadhan tiba, telah menjadi usaha kreatif yang bisa mendatangkan manfaat tidak hanya bagi keluarganya tapi bagi orang lain, serta walaupun saat ini banyak usaha sejenis ternyata Es Lahang Muara Banta tetap jadi primadona.

Ia berpesan bagi yang ingin memulai menjadi wirausaha agar bisa melihat bahan baku hasil alam di daerah sendiri, kalau bisa jadi potensi diolah menjadi bahan makanan dan bahan minuman juga bahan obat-obatan, berkreatifitas menghidupi keluarga dan juga bisa membuka lapangan usaha bagi warga lainnya.

Penyadap Nira langganan Ufik, Norhayani, mengatakan sudah setahun menjadi langganan usaha Es Lahang Muara Banta, dan sangat terbantu usahanya menyadap bersama suaminya tersebut.

"Biasanya sebelum diambil dipesan dulu, sehingga tidak dibuat gula aren, kalau harga memang lebih mahal kalau dibuat gula aren, tapi kan untuk membuat gula aren kami membutuhkan bahan kayu bakar lagi, maka keuntungnya memang lebih cepat dijual dalam bentuk air Nira," katanya.

Ditambahkan dia, pohon Aren yang disadap ada milik sendiri dan milik orang lain, kalau milik orang lain keuntungannya dibagi tiga, dan untuk air Nira yang disediakan jumlahnya tidak menentu sesuai dengan hasil sadapan yang diperoleh, bekerja dua kali sehari, pagi mengambil air Nira yang telah disadap dan sore harinya melakukan proses penyadapan lagi.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021