Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Peternak di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, kesulitan mengembangkan peternakan sapi karena kurangnya ketersediaan lahan dan pakan ternak berupa rumput.

Kepala Bidang Pengembangan Ternak Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Akhmad Rijani di Amuntai, Kamis mengatakan, pihaknya kesulitan memotivasi peternak untuk mengembangkan bantuan pinjaman ternak sapi setiap tahunnya.

"Rata-rata para peternak mengeluh kekurangan lahan untuk kandang dan rumput untuk makanan sapi," katanya.

Meningkatkan semangat para peternak untuk mengembangkan peternakan sapi tersebut, kata dia, pemerintah harus mengupayakan pengadaan lahan yang cukup luas untuk ditanami rumput.

Tersedianya padang rumput tersebut, diharapkan juga bisa mendorong peternak mengembangankan ternak sapi pinjaman, yang diberikan oleh pemerintah pusat setiap tahunnya, guna menambah populasi ternak.

Menurut Rijani, pengembangan budidaya ternak sapi tersebut sangat penting untuk dilakukan, karena kebutuhan akan daging sapi di masyarakat lebih tinggi dibanding populasi yang dimiliki.

Populasi ternak sapi di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) hanya sekitar 769 ekor, sedangkan kebutuhan masyarakat akan daging sapi sebanyak 1872 ekor pertahun atau rata-rata 3-5 ekor setiap harinya.

"Selama ini kebutuhan akan daging sapi banyak dipasok dari luar daerah seperti Plaihari, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur" Ujar Rijani.

Rijani mengatakan masyarakat di Kabupaten HSU kurang tertarik mengembangkan ternak sapi karena minimnya lahan untuk kandang dan tumbuhan rumput untuk makanan sapi.

Menurut dia, pola pikir peternak masih jangka pendek, disamping kurangnya modal sehingga bantuan berupa pinjaman tiga ekor sapi, tidak diternakkan sebagaimana yang diharapkan, justru dijual kepada pedagang daging.

"Melalui bantuan Pemerintah Pusat kita menyalurkan sebanyak tiga ekor sapi, berupa dua betina dan satu jantan kepada masyarakat yang ingin beternak sapi, namun kebanyakan sapi-sapi tersebut justtu dijual," katanya.

Meskipun demikian, kata dia, tidak sedikit peternak yang berhasil mengembangkan ternak sapi yang dipinjamkan hingga mampu mengembalikan. Namun setelah lunas, tidak beberapa lama kemudian para peternak juga menjual sapi-sapi tersebut.

Mengatasi persoalan ini, Diskannak berharap ada anggaran yang tersedia untuk membeli lahan kosong seluas sekitar 20 hektar di wilayah Kecamatan Banjang, berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Lahan tersebut, akan dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya ternak sapi yang dikelola oleh Pemkab HSU, yang pada akhirnya akan mampu menambah pemasukan Pendapatan Asli Daerah atau PAD.

Rijani berpendapat, potensi pengembangan ternak cukup tinggi untuk menambah PAD dan pendapatan masyarakat, sebab kebutuhan akan daging sapi setiap tahunnya terus meningkat.

"Apalagi dalam satu tahun digelar peringatan hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Ramadhan, juga untuk keperluan aqiqah bagi ternak kambing," katanya.

Rijani menyayangkan, peternak di Kabupaten HSU yang tidak jeli melihat potensi ini, sementara peternak yang berasal dari Jawa yang berdimisili di HSU pada umumnya lebih sukses mengembangkan ternak sapi yang diberikan pemerintah.

Setiap tahun, kata dia, peternak bisa menjual sapi miliknya untuk kebutuhan masyarakat sehingga bisa menambah penghasilan.

"Harga satu ekor sapi saat ini mencapai Rp9 juta perekor, atau sekitar Rp100-Rp110 ribu per kilogram" kata Rijani.

Ia mengatakan minimnya lahan untuk ternak sapi sebenarnya bisa disiasati dengan menerapkan sistem intensif dengan cara memelihara dan memberi makan sapi di kandang saja dan hanya sesekali dilepas di luar kandang.

Sebagian masyarakat bahkan lebih cenderung menjual rumput kepada peternak dari daerah lain seperti Balangan, di mana satu kilogram rumput dihargai sebesar Rp150 ribu.

"Peternak dari Kabupaten Balangan saja berani membeli rumput untuk makanan sapi dengan harga tinggi, karena melihat prospek pengembangan ternak sapi yang sangat menguntungkan dalam jangka panjang" imbuhnya.

Saat ini, kata Rijani, sudah ada satu kelompok ternak sapi yang bersedia menyediakan lahan seluas dua hektar di Desa Pulau Damar Kecamatan Banjang untuk ditanami rumput jenis unggul yang diberikan oleh pemerintah.

Rumput jenis unggul ini, katanya memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibanding rumput biasa sehingga cukup sedikit saja diberi makan kepada ternak sapi sudah mencukupi.

Beberapa kasus, peternak terpaksa menjual sapi miliknya karena kurangnya modal, sehingga tergoda menerima pinjaman dari para jegal sapi atau pedagang dengan jaminan sapi miliknya sewaktu-waktu bisa diambil untuk melunasi pinjaman yang diberikan.

Rijani mengatakan Diskannak sebenarnya secara rutin setiap bulan memonitoring pengembangan usaha ternak sapi yang dipinjamkan ke masyarakat, namun tanpa sepengetahuan petugas sebagian peternak tetap nekat menjual sapinya.

Padahal, sambungnya saat penyerahan pinjaman ternak sapi tersebut peternak sudah menandatangai surat perjanjian untuk tidak menjual atau memindahtangankan bantuan ternak sapi yang diberikan.

Peternak hanya diminta mengembalikan tiga ekor sapi yang dipinjam dari anak sapi yang dihasilkan sesuai usia sapi saat dipinjami dulu, sedangkan induk sapi dan anak-anak sapi berikutnya menjadi milik peternak.

Saat ini, katanya hanya sekitar 100 ekor lebih sapi bantuan pemerintah yang masih diternakan oleh masyarakat, dimana bantuan sapi jenis sapi bali ini tetap disalurkan kepada masyarakat berdasarkan usulan.

"Kini kami lebih selektif menyalurkan bantuan ternak sapi ini dengan melihat kondisi lingkungan peternak karena jika berdomisili di dataran rendah seperti di Kecamatan Babirik, Danau Panggang kurang cocok untuk pengembangan sapi" katanya.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015