Amuntai,  (AntaranewsKalsel) - Peternak kerbau rawa di Kecamatan Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, mulai kesulitan untuk membangun kandang bagi ternaknya karena harga kayu makin mahal.


Kepala Desa Sapala Isnaini di Paminggir, Senin, mengatakan, mahalnya harga kayu galih akibat akhir-akhir ini di daerah tersebut terjadi banjir.

"Jenis kayu ini diperoleh dari dalam tanah, sehingga apabila terjadi banjir peternak tidak dapat memperoleh kayu, secara otomatis harganya melonjak," ujar Isnaini.

Biasanya saat musim kemarau tiba, Kayu Blangiran atau Galih ini lebih mudah dicari atau dibeli, namun karena harganya sudah terlanjur naik, sulit diturunkan lagi.

Peternak Kerbau umumnya mencari atau membeli Kayu Blangiran dari wilayah perbatasan dengan Kalimantan Tengah, yang banyak ditumbuhi jenis kayu tersebut, seperti, di Desa Sambujur dan Tampakang.

Kayu Galih yang termasuk Jenis Kayu Blangiran jadi bahan utama untuk bahan baku pembuatan lantai kalang kerbau rawa, karena kondisinya kuat dan tahan lama.

"Kayu Galih mampu digunakan hingga puluhan tahun, sedangkan jenis Kayu Blangiran muda hanya bertahan dua tahun," katanya.

Saat ini, lanjut dia Kayu Galih seharga Rp100 ribu per batang, sedangkan Kayu Blangiran muda antara Rp50 ribu per batang-Rp80 ribu per batang tergantung besar kecilnya.

Isnaini mengatakan, harga Kayu Galih sebelumnya berkisar Rp70 ribu per batang, sedangkan Kayu Blangiran muda rata-rata Rp50 ribu per batang. Kayu Blangiran muda lebih cocok dibuat menjadi pagar kalang kerbau, sedangkan lantainya digunakan Kayu Galih yang lebih kuat.

Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Hulu Sungai Utara berupaya mencarikan solusi agar kalang kerbau bisa dibuat tanpa menggunakan bahan kayu blangiran lagi.

"Minimal kita bisa mengurangi bahan kayu blangiran yang kian mahal," tmbah Kasi Pengembangan Ternak Akhmad Jarkani.

Solusinya, Diskannak melaksanakan program pembuatan kalang uruk, yakni lantai kalang kerbau tidak lagi menggunakan Kayu Galih melainkan tanah urukan.

Proyek ini, terang Rijani dimulai sejak 2013 dengan memberi bantuan dana pembangunan kalang urukan bagi dua kelompok ternak di Desa Tampakang.

Dana tersebut, katanya, bantuan dari APBD Kalimantan Selatan melalui Dinas Peternakan, masing-masing kelompok mendapatkan bantuan sebesar Rp50 juta.

"Periode 2015 bantuan kembali diberikan kepada dua kelompok di Desa Bararawa, sehingga total yang sudah menerima bantuan ini sebanyak empat kelompok di dua desa di Kecamatan Paminggir," imbuhnya.

Proyek ini menjadi model atau contoh bagi peternak kerbau rawa yang ingin membuat kalang urukan, agar tidak bergantung pada bahan kayu blangiran.

"Sebenarnya ada 98 kalang kerbau di wilayah Kecamatan Paminggir, namun kita prioritaskan kondisi kalang yang sudah rusak, Insya Allah pada tahun berikutnya kita bangun kalang urukan ditempat lain," tandas Rijani.

Dia menjelaskan, lokasi kalang urukan tetap dibangun di kawasan rawa sesuai habitat ternak ini yang hidup dikawasan perairan rawa, meski berbobot badan yang lumayan besar namun Kerbau Rawa merupakan jenis kerbau yang pandai berenang di air.

Ukuran kalang ini, katanya, rata-rata 4x4 meter persegi dengan kapasitas kalang mampu menampung antara 50 hingga 200 ekor kerbau rawa.

Pewarta: Edy Abdillah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015