Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D menyebut peningkatan kasus positif COVID-19 di Banjarmasin, ibukota Kalimantan Selatan, membahayakan.

"Dalam kurun waktu sembilan hari pertama di bulan Maret, penduduk yang terinfeksi bertambah 532 kasus, situasi ini menempatkan Banjarmasin berada dalam kondisi membahayakan bagi masyarakat dalam hal kecepatan penularan," terang dia di Banjarmasin, Rabu.

Muttaqin pun mengaku prihatin lantaran peningkatan laju kasus COVID-19 sepertinya bukan sebuah masalah besar, karena mobilitas penduduk dan aktivitas masyarakat berlangsung seperti dalam keadaan normal. Padahal terdapat banyak kasus yang sudah terkonfirmasi dan kemungkinan lebih banyak lagi yang belum terdeteksi.

Di negara lain seperti China dan Selandia Baru, ungkap dia, jika ditemukan satu atau dua kasus baru saja, pemerintah setempat langsung mengambil langkah strategi penutupan wilayah dan penghentian mobilitas penduduk untuk sementara waktu.

Mereka juga melakukan tes PCR secara masif untuk menjaring sebanyak-banyaknya penduduk yang terpapar. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah penularan yang lebih luas, sehingga secepatnya masyarakat dapat kembali beraktifitas.

Padahal menurut Muttaqin, perkembangan pandemi di Kota Banjarmasin seharusnya menuntut warga menjadi lebih sadar untuk meningkatkan kewaspadaan, edukasi, dan menjaring keterlibatan masyarakat secara lebih luas untuk penerapan protokol kesehatan.

"Pemerintah harus merancang strategi baru penanganan pandemi sebab PPKM dan PPKM Mikro di daerah ini khususnya dalam mencegah lonjakan kasus di Kota Banjarmasin belum maksimal hasilnya," cetusnya.

Berdasarkan pengolahan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, bertambah 532 kasus baru di Banjarmasin menjadikan total kasus secara kumulatif menjadi 5.981 orang.

Banjarmasin juga berkontribusi sebesar 34 persen dari 1.590 kasus baru di tingkat provinsi pada 1-9 Maret 2021. Adapun jumlah kasus aktif di Banjarmasin per 9 Maret mencapai 542 kasus atau 26 persen dari total kasus aktif provinsi dengan jumlah 2.123 kasus.

Pewarta: Firman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021