Ketua Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia Kotabaru, Kalimantan Selatan, M
Faruk Syahdan, menyatakan untuk mengurangi populasi kera di Pulau Sembilan tidak
perlu menggunakan senjata api, cukup dengan senjata gas.

"Namun apabila tetap dibutuhkan, bisa saja dan cukup menggunakan
peluru kaliber 22 saja," ucapnya di Kotabaru, Selasa (17/5).

Untuk membunuh satu ekor monyet ditembak sekaligus dengan dua peluru
yang dikenakan jantung dan otak.

"Agar kera yang ditembak itu tidak merasa kesakitan dan tersiksa,"
terang Ketua Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin) Kotabaru.

Faruk mengaku siap mendatangkan tim Perbakin ke Pulau Sembilan,
untuk mengurangi populasi kera yang telah mengganggu dan merusak kebun
masyarakat di daerah tersebut.

"Dengan catatan, mereka meminta dengan surat resmi, dan kami siap
menurunkan tim," terangnya.

Dia memperkirakan, masuknya kera ke permukiman padat penduduk dan
merusak perkebunan warga diduga karena tempat habitanya rusak akibat penjarahan
kayu.

Terlebih, di Pulau Matasirih dan sekitarnya kayu-kayunya cukup
bagus, bisa saja itu ditebang dan hutannya rusak.

Karena kera-kera itu merasa terdesak dan makananya hilang.

Sebelumnya, Sekretaris Kecamatan Pulau Sembilan Jubir,
mengungkapkan, warga di Desa Labuan Barat dan Teluk Sungai, Pulau Maradapan,
Kecamatan Pulau Sembilan, makin resah akibat kera yang berjumlah ratusan itu
masuk ke permukiman padat penduduk dan merusak perkebunan warga.

Hektaran tanaman jagung, singkong, palawija dan sagu milik warga
kedua desa itu dikabarkan rusak akibat serangan kera yang memiliki ciri hidung
panjang itu.

Masyarakat meminta pemerintah segera melakukan tindakan terhadap
kera-kera yang merusak tanaman warga itu./C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011