Beberapa hari pasca terjadinya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) muncul kepanikan dan keresahan warga akan adanya tumpahan minyak solar yang diduga  berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan diduga mencemari lingkungan dan pemukiman warga.

Ketua Ormas Brigade 08 Muhammad Ainul Huda, di Barabai, mengatakan tumpahan minyak solar diketahui menggenangi wilayah sekitar mulai pada hari Jumat (15/1) siang terjadinya banjir saat itu masih dalam kondisi imbas banjir bandang, yang terjadi di hari Kamis  (14/1) lalu.

"Pada awal pagi Kamis tersebut waktu setempat banjir di Kota Barabai, HST, mulai memasuki wilayah Kompleks Perumahan Mawaddaturrahmah, Jalan Putera Harapan, Desa Matang Ginalon, Kecamatan Pandawan," katanya, dalam keterangan Senin (25/1) pagi.

Dijelaskan dia, banjir datang dari arah barat dan selatan, tepatnya di belakang Komplek Pesantren Darul Istiqomah dan Kompleks Bawan Permai Barabai, disaat hari pertama air yang menggenangi hanya datang dari persawahan jernih dan belum bercampur air banjir bandang.
 
Kondisi pencemaran akibat tumpahan solar dari PLTD (Antarakalsel/Fathur/Ist)


Baca juga: Perjungaan para riders trail antar logistik ke daerah Meratus HST

Disaat pihaknya mengungsi hingga ketinggian air masih terlihat jernih dan mulai bercampur dengan air dari banjir kiriman, hingga sore Kamis waktu setempat, namun memasuki hari ke dua tepatnya Jumat dengan sengaja ia ingin melihat rumah yang ada di Komplek Perumahan Mawaddaturrahmah.

Waktu itu ada aroma yang menyengat seperti bau bahan bakar solar, saat memasuki perumahan tersebut terlihat jelas di jalanan komplek perumahan terlihat genangan air yang sudah becampur bahan bakar solar.

"Genangan  tersebut tersebar jauh ke pemukiman lainnya, dan oleh warga setempat dijelaskan spontan menyebut bahwa bahan bakar solar berasal dari tumpahan yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berada di wilayah pinggir Jalan Murakata," katanya.

Menurut dia, waktu itu pihaknya sudah mulai sibuk dengan aktifitas bersama dengan kawan-kawan relawan kemanusiaan untuk membantu evakuasi dan pembagian sembako di wilayah HST dan sekitarnya.

Selang beberapa hari tepat tujuh hari pasca banjir bandang, terlihat jelas jalanan di perumahan hitam pekat dan bau menyengat yang tajam namun tidak ada reaksi atau penanggulangan sedikit pun dari pihak yang bersangkutan.
 
Kondisi pencemaran akibat tumpahan solar dari PLTD (Antarakalsel/Fathur/Ist)


Baca juga: HAF dan Komunitas Trail Kota Kandangan salurkan bantuan terdampak banjir ke Datar Ajab

Hingga terlihat jelas efek dari tumpahnya bahan bakar solar tersebut di pemukiman warga, hingga areal persawahaan terlihat jelas dampak yang belum hilang dan bau menyengat pada video dan gambar yang dikirim warga.

"Dengan adanya laporan ini saya juga selaku pemukim kompleks perumahan Mawaddaturrahmah dan juga Ketua Brigade 08 meminta agar pihak terkait bisa melakukan tindakan baik pembersihan yang masih menggenang dan lain sebagainya," katanya.

Pihaknya mengharapkan perhatian dan kerjasama yang baik, agar laporan perihal tersebut dapat ditanggapi dengan segera melakukan observasi area yang terdampak, dengan genangan tumpahan bahan bakar solar tersebut dengan sesuai aturan dan kebajikan yang berlaku.

Kondisi pencemaran karena adanya tumpahan solar ini berbahaya karena sudah bisa dianggap jenis limbah B3, limbah B3 bakal merusak ekosistem tanah, terkhusus untuk petani sangat dirugikan jika dan tidak bisa ditanami lagi, ular dan cacing saja mati kepanasan apalagi tanahnya sudah bakal tidak bisa digarap lagi.

Adapun beberapa titik terdampak tumpahan solar yang terpantau saat ini, antalain lain mulai wilayah sekitaran Tugu Burung Enggang, Bawan Permai dan sekitarnya, hingga sampai ke Matang Birik.
 
Beberapa petugas akhirnya dikerahkan untuk menetralisir limbah tumpahan solar (Antarakalsel/Fathur/Ist)

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021