Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Anggota Komisi II bidang ekonomi dan keuangan DPRD Kalimantan Selatan H Riswandi mengungkapkan, daerah Hulu Sungai provinsi tersebut sedang mengembangkan tanaman buah lokal.

"Kami dari komisi II DPRD Kalsel menerima keterangan pengembangan buah lokal itu saat kunjungan kerja ke daerah Hulu Sungai, 18 - 20 Desember 2014," ungkap politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, di Banjarmasin, Senin.

Hulu Sungai (Banua Anam) atau yang dulu dikenal dengan wilayah meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan, dan Kabupaten Tabalong

"Komisi II DPRD Kalsel menyambut positif dan mendorong upaya pengembangan tanaman atau buah lokal yang merupakan khas daerah setempat," lanjut wakil rakyat yang berasal dari daerah pemilihan IV yang meliputi Tapin, HSS dan HST.

Ia menyebutkan, sejumlah tanaman atau buah lokal tersebut ada yang tergolong langka dan perlu pemuliaan agar tidak punah, antara lain "mantuala" (sejenis durian khas Kalimantan atau Kalsel).

Selain itu, ada tanaman holtikultura yang merupakan pengembangan atau penemuan baru di daerah hulu sungai tersebut, yaitu rambutan, yang mereka beri nama Rambutan Zainal.

Ketika ditanya bentuk dan cita rasa Rambutan Zainal tersebut, anggota DPRD Kalsel tiga periode itu mengkau, juga belum mengetahui, karena lagi belum musim dan termasuk varietas baru.

"Saya juga belum seperti apa itu Rambutan Zainal. Karena sepengetahuan selama ini jenis rambutan yang populer di Kalsel, terutama untuk daerah Banjarmasin, yaitu manalagi, garuda, dan si batuk," tuturnya.

"Warga daerah hulu sungai tersebut juga sedang mengembangkan tanaman jeruk Siam Banjar. Jeruk khas Banjar, Kalsel ini, selain tahan lama, juga rasanya yang manis," tambahnya.

Dalam kunker ke daerah hulu sungai tersebut, Komisi II DPRD Kalsel juga tertarik dan mengapresiasi petani/warga masyarakat setempat yang mengembangkan tanaman padi varietas lokal, jenis Buyung.

"Kita berharap peningkatan pengembangan jenis Buyung ini. Karena tampaknya memiliki daya saing serta nilai ekonomi tinggi, yang tak dengan produk beras asal Jawa, seperti Rojolili atau Pandanwangi," ujarnya menjawab Antara Kalsel.

"Dari informasi yang kami terima, beras Buyung asal daerah hulu sunggai itu dibawa ke Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), kemudian mereka olah dan dikembalikan ke Kalsel harganya menjadi dua kali lipat lebih," ungkap Riswandi.

Usaha tani dalam menanam varietas padi jenis Buyung tersebut di Kalsel selama ini banyak dalam bentuk "tugal" (tegalan) atau ladang, yang aroma harum nasinya bisa tercium dari jarak sepuluh meter.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014