Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Guru Besar Universitas Andalas Padang Prof Ardi berharap Perguruan Tinggi (PT) melakukan percepatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga para sarjana memiliki kompetensi memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN di 2015.

Menurut Ardi, di Amuntai, Kamis, era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah didepan mata, sehingga seluruh pihak termasuk perguruan tinggi harus mulai melakukan sinergi yang kuat antar sektor terkait.

Hal tersebut disampaikan Ardi, pada orasi ilmiah pada Wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Amuntai, untuk memberikan tambahan bekal wawasan dan pengetahuan bagi para sarjana.

Guru besar yang mengajar di Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang sejak 1980 ini mengatakan, perguruan tinggi, memerlukan persiapan dan implementasi yang lebih awal dan mendalam guna menyusun strategi menghadapi percaturan perekonomian dan tekanan negara lain di ASEAN khususnya.

"Kita tentu tidak rela apabila tenaga-tenaga asing yang justru mendominasi dunia kerja di Indonesia, dan menyisihkan sarjana-sarjana kita dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)," katnaya.

Ia berharap, PT dapat mengimplementasikan visi dan misi mereka melalui suatu perencanaan dan peta perjalanan (road map), pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki mutu dan kompetensi sesuai dengan sasaran.

Ditegaskannya, potensi SDM merupakan pilar utama dalam peningkatan kesejahteraan di masa mendatang.

"Banyak negara yang terbatas SDA namun mampu bertahan mensejahterakan masyarakatnya, karena sejak awal telah melakukan program jangka panjang dan kontinyu meningkatkan mutu SDM," terangnya.

Namun faktanya, kata Ardi kini banyak tenaga-tenaga setingkat menejer di perusahaan besar di isi tenaga asing, seperti diperusahaan perkebunan besar dan pabrik-pabrik inventasi asing.

Ardi juga mengingatkan, perkembangan politik dan persaingan ekonomi internasional dan ASEAN telah menggiring Indonesia ke dalam kancah persaingan multidimensi.

Kegagalan mengintegrasikan diri dalam MEA, akan mendorong Indonesia kedalam keterpurukan dan ketergantungan yang makin besar.

Terkait sektor pertanian, paparnya produk-produk pertanian negara-negara ASEAN hampir sama. Beberapa keunggulan yang dulu yang sempat dikuasai Indonesia seperti produksi sawit dan karet, kini telah diungguli oleh Malaysia dan Thailand.

Belum lagi, lanjut dia, masih ada impor sejumlah bahan pangan dalam jumlah besar oleh Indonesia kepada negara-negara di ASEAN seperti beras, jagung, kedelai dan daging.

Selain itu, Tutur Ardi, meski 2013 Indonesia masih surplus beras, namun posisi Indonesia pada komoditas beras terutama di ASEAN, mengalami kesulitan untuk bersaing, mengingat sampai saat ini posisi Indonesia masih tergantung dengan produsen di ASEAN sendiri sebagai importir.

Permasalahan yang dihadapi Indonesia selain SDM yang masih tertinggal dibanding negara ASEAN, pergerakan pertambahan penduduk Indonesia yang terbanyak ke-4 di dunia turut memperlambat peningkatan kesejahteraan, terkait penyediaan kebutuhan pokok pangan, infrastruktur dan lapangan pekerjaan.

"Produktivitas lahan pertanian terus menurun, akibat peningkatan jumlah penduduk, membangun pemukiman, pertambangan, pengikisan dan lainnya" katanya.

Ardi berharap, perguruan tinggi, mampu menghasilkan lulusan yang sudah mampu mengemban tugas dan tanggung jawab mengelola sumber daya alam dan lembaga tempat ia bekerja.

"Seorang sarjana pertanian misalnya, ketika mereka lulus sudah sanggup memimpin suatu perusahaan perkebunan seluas 10 ribu hektar, seperti seorang lulusan dokter yang ketika lulus pendidikan sudah mampu memimpin puskesmas atau klinik," katanya.

Upaya menuju sasaran itu PT harus melakukan penyesuaian kurikulum dan tindakan pengembangan Iptek dan penerapannya.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014