Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan pemerintah harus mencegah potensi ledakan 10 ribu kasus COVID-19 perhari di Januari 2021.
"Jika ledakan ini terjadi maka akan membuat kolaps rumah sakit di sebagian wilayah di Indonesia dan dapat meningkatkan jumlah kematian secara lebih masif," kata dia di Banjarmasin, Senin.
Dijelaskan Muttaqin, kebijakan dan strategi pengendalian pandemi seharusnya mengintegrasikan penerapan protokol kesehatan yang ketat, pengendalian mobilitas penduduk, dan peningkatan 3T (testing, treatment dan tracing).
Tanpa memperkuat tiga langkah tersebut secara bersamaan, maka tidak menutup kemungkinan terjadi ledakan yang lebih besar pada bulan Januari dengan pertumbuhan 10 ribu kasus perhari.
Dipaparkannya, per 27 Desember jumlah penduduk yang dikonfirmasi positif COVID-19 sudah mencapai 713.365 kasus, 583.676 sembuh, dan 21.237 meninggal dunia.
Perkembangan ini sangat memperihatinkan mengingat sebelum dimulainya adaptasi kebiasaan baru, jumlah penduduk yang terinfeksi pada akhir bulan Mei baru sekitar 26 ribu kasus lebih.
Menurut Muttaqin, ledakan kasus pada bulan Desember terlihat dari beberapa indikator. Pertama, dalam 27 hari pertama Desember jumlah kumulatif kasus baru konfirmasi sudah mencapai 174 ribu. Angka ini setara dengan 136 persen jumlah kasus baru di November, 142 persen dari bulan Oktober, 156 persen dari September, dan 263 persen dari jumlah kasus baru di Agustus.
Kedua, rata-rata pertumbuhan harian sepanjang 1-27 Desember sudah mencapai 6.462 kasus per hari. Ini jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di November dengan 4.293 kasus per hari, Oktober 3.970 kasus per hari, September 3.740 kasus per hari, dan Agustus dengan 2.143 kasus per hari.
Ketiga, meskipun angka kesembuhan mengalami peningkatan namun khusus Desember ini perbandingan antara jumlah kasus baru dengan jumlah pasien COVID-19 yang sembuh mengalami peningkatan menjadi 1,3 kali lipat.
Pada bulan November perbandingannya adalah 1,1. Artinya konsekuensi ledakan kasus adalah meingkatnya kasus aktif yang berdampak pada penuhnya ruang ICU dan ruang perawatan atau isolasi di rumah sakit.
"Jika terjadi over kapasitas, maka potensi jumlah pasien meninggal semakin besar. Inilah salah satu dari bahaya ledakan kasus COVID-19," cetusnya.
Keempat, pada bulan Desember ini jumlah pasien yang meninggal mengalami lonjakan yang signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Dalam periode 1-27 Desember sudah terdapat 4.292 orang yang dikonfirmasi meninggal. Jumlah ini lebih tingi dibandingkan dengan kasus meninggal pada November 3.176 orang, Oktober 3.029 orang, September 3.323 orang, dan Agustus 2.286 orang.
"Apakah ledakan kasus pada bulan Desember ini terkait dengan pelaksanaan pilkada dan liburan panjang akhir tahun? Hal ini cukup jelas kaitannya dan sudah diakui oleh Satgas COVID-19 bahwa liburan akhir tahun dan kegiatan lainnya yang mendorong mobilitas penduduk merupakan motor penggerak pertumbuhan kasus," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
"Jika ledakan ini terjadi maka akan membuat kolaps rumah sakit di sebagian wilayah di Indonesia dan dapat meningkatkan jumlah kematian secara lebih masif," kata dia di Banjarmasin, Senin.
Dijelaskan Muttaqin, kebijakan dan strategi pengendalian pandemi seharusnya mengintegrasikan penerapan protokol kesehatan yang ketat, pengendalian mobilitas penduduk, dan peningkatan 3T (testing, treatment dan tracing).
Tanpa memperkuat tiga langkah tersebut secara bersamaan, maka tidak menutup kemungkinan terjadi ledakan yang lebih besar pada bulan Januari dengan pertumbuhan 10 ribu kasus perhari.
Dipaparkannya, per 27 Desember jumlah penduduk yang dikonfirmasi positif COVID-19 sudah mencapai 713.365 kasus, 583.676 sembuh, dan 21.237 meninggal dunia.
Perkembangan ini sangat memperihatinkan mengingat sebelum dimulainya adaptasi kebiasaan baru, jumlah penduduk yang terinfeksi pada akhir bulan Mei baru sekitar 26 ribu kasus lebih.
Menurut Muttaqin, ledakan kasus pada bulan Desember terlihat dari beberapa indikator. Pertama, dalam 27 hari pertama Desember jumlah kumulatif kasus baru konfirmasi sudah mencapai 174 ribu. Angka ini setara dengan 136 persen jumlah kasus baru di November, 142 persen dari bulan Oktober, 156 persen dari September, dan 263 persen dari jumlah kasus baru di Agustus.
Kedua, rata-rata pertumbuhan harian sepanjang 1-27 Desember sudah mencapai 6.462 kasus per hari. Ini jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di November dengan 4.293 kasus per hari, Oktober 3.970 kasus per hari, September 3.740 kasus per hari, dan Agustus dengan 2.143 kasus per hari.
Ketiga, meskipun angka kesembuhan mengalami peningkatan namun khusus Desember ini perbandingan antara jumlah kasus baru dengan jumlah pasien COVID-19 yang sembuh mengalami peningkatan menjadi 1,3 kali lipat.
Pada bulan November perbandingannya adalah 1,1. Artinya konsekuensi ledakan kasus adalah meingkatnya kasus aktif yang berdampak pada penuhnya ruang ICU dan ruang perawatan atau isolasi di rumah sakit.
"Jika terjadi over kapasitas, maka potensi jumlah pasien meninggal semakin besar. Inilah salah satu dari bahaya ledakan kasus COVID-19," cetusnya.
Keempat, pada bulan Desember ini jumlah pasien yang meninggal mengalami lonjakan yang signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Dalam periode 1-27 Desember sudah terdapat 4.292 orang yang dikonfirmasi meninggal. Jumlah ini lebih tingi dibandingkan dengan kasus meninggal pada November 3.176 orang, Oktober 3.029 orang, September 3.323 orang, dan Agustus 2.286 orang.
"Apakah ledakan kasus pada bulan Desember ini terkait dengan pelaksanaan pilkada dan liburan panjang akhir tahun? Hal ini cukup jelas kaitannya dan sudah diakui oleh Satgas COVID-19 bahwa liburan akhir tahun dan kegiatan lainnya yang mendorong mobilitas penduduk merupakan motor penggerak pertumbuhan kasus," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020